Perpusnas Buat 120 Judul Komik untuk Anak Berdasarkan Naskah Kuno Nusantara

20240807 085850
Pelaksana Tugas Kepala Perpusnas, E. Aminudin Aziz. Perpusnas membuat komik untuk anak-anak yang berdasarkan kisah-kisah dari naskah kuno nusantara. (Foto: Antara)

ZONALITERASI.ID – Perpustakaan Nasional (Perpusnas) membuat komik untuk anak-anak yang berdasarkan kisah-kisah dari naskah kuno nusantara. Rencananya, pada tahun ini akan dibuat sebanyak 120 judul komik.

“Langkah ini sebagai salah satu upaya meningkatkan kemampuan literasi. Saya ajak teman-teman di Perpusnas untuk mulai berkreasi membuat komik berdasarkan naskah kuno yang sudah sekian lama. Itu digali kembali, disajikan dalam cara baru agar ceritanya mudah dipahami anak-anak dengan cara yang menarik,” kata Pelaksana Tugas Kepala Perpusnas, E. Aminudin Aziz, di Gedung Perpusnas, Jakarta, Rabu, 7 Agustus 2024, dilansir dari Antara.

“Banyak sekali masyarakat kita yang bergerak dalam penyelamatan naskah, dan selama ini Perpusnas selalu mencoba berbicara dan diskusi dengan komunitas terkait apa yang sudah dikerjakan di pernaskahan, dan mereka ternyata sudah banyak bekerja, mengumpulkan naskah, hanya memang masalah publikasinya yang kurang,” sambungnya.

Menurut Aminudin, Perpusnas akan menjadi sebuah hub atau rumah besar pernaskahan nusantara yang menghimpun naskah-naskah dari seluruh Indonesia serta menyerap berbagai aspirasi dari komunitas-komunitas.

“Kita akan jadi pusat data nusantara, seluruh naskah terkumpul di sini dan diarusutamakan, jadi orang perhatiannya ke sini semua. Caranya, kita menghimpun naskah-naskah yang ada di seluruh Indonesia, apakah itu yang dimiliki oleh masyarakat atau oleh lembaga, kita utamakan di sini. Cita-cita besarnya seperti itu,” ucapnya.

Selain itu, lanjutnya, Perpusnas juga mesti menjadikan naskah-naskah yang sudah didigitalisasi sebagai sumber informasi dengan membuat metadata-nya.

“Setelah metadata dibuat, didigitalkan, maka kita buat dan tayangkan dalam laman kita di platform Khasanah Pusat Nusantara (Khastara). Pemanfaatan selanjutnya adalah bukan hanya peneliti yang bisa memanfaatkan naskah ini, tetapi dari sisi Perpusnas, saya menginisiasi naskah-naskah ini diolah menjadi bahan bacaan untuk literasi yang dapat diakses luas oleh masyarakat,” tuturnya.

Aminudin juga menepis anggapan bahwa selama ini orang asing yang lebih peduli terhadap naskah nusantara karena masyarakat Indonesia sudah banyak bergerak untuk preservasi maupun pengolahan naskah-naskah kuno dari berbagai suku, adat, dan budaya di Indonesia.

“Selama ini ada anggapan sepertinya orang asing yang lebih peduli, padahal sebetulnya masyarakat kita banyak yang peduli. Publikasinya kurang karena memang sumber daya yang kita miliki sangat terbatas, sementara urusan pernaskahan itu A sampai Z-nya banyak sekali,” tuturnya.

Aminudin mengajak seluruh masyarakat dan komunitas untuk ikut terlibat dan berkolaborasi dalam pengarusutamaan naskah nusantara.

“Masyarakat yang punya naskah, jangan khawatir dan ragu, mari kerja sama untuk bisa merawat naskah ini. Caranya dengan diserahkan kepada Perpusnas atau meminta pendokumentasiannya melalui digitalisasi, jadi naskah tetap kepada mereka tetapi kita punya naskah digitalnya. Ini adalah bentuk kerja sama antara masyarakat dengan negara,” katanya. (des)***