ZONALITERASI.ID – Cuaca cerah di langit Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, berubah mendung dan mengirimkan jutaan jarum lembut ke tanah yang pasrah, dan di antaranya melesat ke kawasan Pondok Pesantren (Pontren) Riyadhul Huda.
Hari itu, Jumat, 14 Maret 2025, usai menjalankan salat Ashar, sekira 1.300 orang santri dan satriwati, memenuhi aula luas pesantren, dan mencoba menyimak acara ‘Rihlah Ramadhan 1446 H Pesantren Literasi’, yang digagas PC Nahdhatul Ulama Kabupaten Bandung Barat.
Dalam sambutannya, perwakilan dari Pontren Riyadhul Huda, menyambut baik gagasan tersebut, dan menyebut bahwa kegiatan Pesantren Literasi ini, menjadi ajang hiburan yang edukatif bagi para santri, para pengajar, juga para pengurus PCNU KBB.
“Para santri yang terbiasa berkutat dalam bidang keagamaan, dapat menikmati sajian yang berbeda, yakni puisi dalam bentuk baru, serta cerita pendek bertema religi, khususnya ramadan dan lebaran Idul Fitri, serta sajian lagu religi serta dakwah yang menyejukkan,”tutur Ketua PCNU Kabupaten Bandung Barat, K.H. Yusuf Abdul Qodir.
”Kami berharap kegiatan seperti ini dapat terus berlanjut dan menjadi agenda rutin setiap tahun. Kegiatan seperti ini tidak cukup dilakukan sekali. Harus terus berlanjut agar semangat literasi tumbuh di lingkungan pesantren dan masyarakat luas,” lanjutnya.
Pada pergelaran pertama, tampil Gusjur Mahesa yang membawakan puisi bertema puasa dalam paparan yang mengharukan. Sebuah puisi panjang tentang hakikat puasa tersebut, mampu membuat para penonton terpaku. Bahkan sang pembaca puisi ini pun nampak menangis di ujung pembacaannya.
“Saya sangat terharu berada di sini, dan ini merupakan pengalaman saya yang pertama membacakan puisi di depan ribuan santri. Mungkin karena suasana di sini sangat senyap dan apresiatif, membuat saya tak bisa membendung air mata,” ujar Gusjur Mahesa, dosen STKIP Siliwangi yang juga dikenal sebagai sutradara teater dan menulis puisi.
Di sela-sela acara, sastrawan yang juga direktur penerbitan Magma Insan Prima, Eriyandi Budiman, menjelaskan bahwa dalam kaitan acara ini, ia memperkenalkan juga bentuk lain dari fiksi religi, yakni cerpen bertema Ramadan dan lebaran.
“Dalam buku ini, ‘Surat Cinta Langit’, terdapat beberapa cerpen bagus yang inspiratif, serta penuh dengan pemaparan aneka kehidupan manusia yang berhubungan dengan problem sosial dan keagamaan, menyangkut saat Ramadan tiba serta aneka peristiwa saat lebaran. Mudah-mudahan pemaparan singkat ini, juga dapat merangsang para santri untuk membuat cerita religi. Mungkin suatu saat nanti kita adakan pelatihan menulis cerita, dan hasilnya kemudian dibukukan,” paparnya.
Penyampaian lain yang sangat inspiratif, juga disampaikan oleh K.H. Ma’mur Saadie, yang menerangkan bahwa kegiatan para santri di pesantren sudah sangat literatif.
“Sejak dari awal para santri sudah terbiasa dengan menadomkan atau melagukan risalah keagamaan serta berbagai pelajaran ilmu keislaman. Para santri sudah terbiasa membaca dan juga menulis. Namun, kini kami perkenalkan juga bentuk lain, yakni menyanyikan nadom dalam versi syair yang baru, serta lagu dari puisi atau yang dimusikalisasi,” tutur pengasuh Maidan Al Fikrah, di sekitar Cangkorah, Batujajar, Kabupaten Bandung Barat tersebut.
Dalam penampilannya, usai K.H. Ma’mur Saadie membacakan puisi karya sendiri berjudul ‘Uang Jajan’, kemudian disusul lantunan dalam bentuk lagu oleh Nada dan Zein, dengan diiringi aransemen digital dari format midi elektone.
Dua lagu lain bertema ‘Ibu dan Risalah Rasul’, dilantunkan dua penyanyi binaan K.H. Ma’mur Saadi tersebut, yang mampu menyihir penonton hingga menciptakan suasana yang membuat hati trenyuh.
Sajian tersebut kemudian diakhiri dengan shalawat “Syi’ir Tanpo Waton” atau lebih dikenal dengan sebutan “Sholawat Gus Dur”, Lagu ini memiliki pesan, hikmah, sekaligus makna yang cukup mendalam bagi siapa pun yang meresapinya.
Sholawat ini merupakan salah satu karya dari K.H. Moh. Nozam As Sofa atau lebih lebih akrab disapa Gus Nizam, pengurus Pondok Pesantren Ahlus Shofa Wal Wafa, Kabupaten Sidoarjo. Gus Nizam merupakan cucu K.H. Sahlan, seorang ulama besar dari Krian yang terkenal dengan amalan-amalan wirid tarekat.
“Mari kita kenang Gusdur, guru bangsa kita yang telah memberikan banyak wejangan serta Langkah nyata yang inspiratif,” pungkasnya, lalu bershalawat yang diikuti oleh semua hadirin, dan membuat acara terswebut menjadi khusuk.
Usai acara, panitia menyalurkan bantuan 50 paket baju lebaran dari Mutif Corp. kepada para santri yatim piatu atau pun dhuafa, serta paket buku hadiah untuk perpustakaan Pontren Riyahul Huda.
“Semoga bantuan pihak sponsor ini juga dapat terus berlanjut. Selain menyalurkan kehendak infak dan sodaqoh para pengusaha, kegiatan ini dapat saling menguatkan di antara kita semua, khususnya dalam medan amal dan dakwah yang tepat sasaran,” ujar H. Aceng Mukmin, Ketua Lazisnu PC NU Kabupaten Bandung Barat.
Ketua LP Maarif NU Bandung Barat, H. Aang Suryana selaku koordinator acara, terlihat bahagia dan turut bangga serta mengapresiasi kegiatan ini.
“Alhamdulillah sesi pertama berjalan lancar dan khidmat. Semoga acara ini dapat memberikan berkah bagi kita semua,” tuturnya. ***