Oleh E. Hodijah
PANDEMI Covid-19 telah melahirkan kebiasaan baru. Adaptasi Kebiasaan Baru digelorakan dengan harapan setiap orang yang rentan terdampak tidak akan terkena virus. Upaya tersebut dilakukan salah satunya dengan tujuan agar sistem perawatan kesehatan tidak kewalahan akibat meningkatnya jumlah pasien yang harus dilayani.
Tujuan untuk mewujudkan flattening the curve menjadi salah satu alasan utama kebijakan pemerintah untuk meminta siswa belajar dari rumah (BDR), sehingga kesempatan mereka untuk dapat berkumpul dalam bentuk kerumunan dapat dicegah. Hingga saat ini, be;ajar dari rumah dengan pola pembelajaran jarak jauh (PJJ) masih terus berlangsung. Harapan awal tahun ajaran baru ada kebijakan sekolah dengan tatap muka langsung ternyata tidak terealisasi. Sejalan dengan perkembangan pandemi Covid-19, pemerintah melalui Kemendikbud sebagai pemegang otoritas kebijakan pendidikan, masih melarang sekolah di luar zona hijau untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka langsung. Kebijakan ini tiada lain adalah bentuk memprioritaskan keselamatan peserta didik.
Mengacu pada karakteristik sekolah terhadap sikap yang diambil dalam menyikapi fenomena dampak Covid-19 terhadap pembelajaran peserta didik, beberapa sekolah melakukan inovasi pembelajaran secara daring (dalam jaringan/on line). Sebagian sekolah melaksanakan secara luring (luar jaringan) atau melalui kombinasi keduanya.
Penerapan moda daring dalam pembelajaran harus dibarengi dengan dasar pemikiran bahwa peserta didik dan orang tua memiliki perangkat digital yang kompatibel, selain tentunya kemampuan mereka untuk menyiapkan kuota internet.
Selanjutnya, intensitas pemantauan keikutsertaan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran pun harus dicarikan formulasinya, sehingga seluruh peserta didik benar-benar mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan oleh setiap guru. Guru harus meramu materi yang harus tersampaikan kepada seluruh peserta didik dari seluruh tingkat. Materi pelajaran yang diracik tersebut harus tetap mengacu pada kurikulum yang berlaku. Dasar dari racikan ini merupakan langkah yang harus dilakukan sehingga pembelajaran benar-benar berlangsung secara efektif. Dan sepatutnya pula, guru menetapkan materi-materi esensial yang harus disampaikan kepada setiap peserta didik.
Peran teknologi sangat menunjang dalam proses pembelajaran, namun pada pelaksanaannya guru akan tetap berfungsi sebagai kunci utama yang bertindak meningkatkan kualitas dan kompetensi demi terwujudnya suasana belajar yang efektif bagi para siswa. Teknologi hanya menjadi jembatan membantu dan memudahkan proses belajar mengajar, sehingga jarak dan waktu tidak lagi menjadi penghalang untuk kegiatan mengajar.
Walau kenyataannya, esensi proses belajar mengajar ada beberapa komponen yang tidak bisa tergantikan oleh sistem online, contohnya pembentukan karakter anak, interaksi sosial, dan membangun kepribadian anak,. Namun ketiganya itu tetap diutamakan dan dikolaborasikan dengan sistem belajar online seperti memberikan dan mengerjakan PR, tugas harian, kuis secara online, dan lain sebagainya.
PJJ secara online, hakekatnya adalah transfer pengetahuan. Jurus efektivitas sistem pembelajaran daring adalah menyajikan pembelajaran secara menyenangkan dan mudah dimengerti sehingga para siswa tidak merasa bosan dan tetap produktif di rumah.
Kunci keberhasilan pembelajaran daring atau PJJ atau online learning ini dapat menjadi pembelajaran bermakna dan menyenangkan untuk siswa, jika terdapat unsur-unsur berikut:
1) Kemampuan guru memanfaatkan teknologi
Hal ini dapat menunjukkan kemampuan guru dalam memanfaatkan teknologi, mutlak harus dilakukan untuk mentransfer knowledge kepada peserta didik secara menarik dan efektif.
2) Pembelajaran terencana dan efektif
Menyajikan pembelajaran terencana dan efektif dalam keterbatasan waktu. Hal ini bisa dilakukan dengan mempersiapkan quality lesson plan dan mengatur langkah-langkah pembelajaran yang detail.
3) Menyatukan persepsi dan konsentrasi siswa
Kondisi ini meminta guru agar mampu menyatukan persepsi dan konsentrasi peserta didik yang serbaberjauhan. Ini hanya bisa dilakukan oleh guru yang memiliki visi jelas dalam pembelajaran dan mampu menjalin ikatan batin dengan siswa dengan melakukan perannya sebagai motivator, fasilitator, mediator, dan komunikator.
4) Penguatan karakter siswa.
Guru harus memiliki kemampuan menyampaikan pesan untuk menjadi anak tangguh mengingat dalam kondisi masyarakat sedang diuji secara fisik dan mental akibat penyebaran Covid-19 yang berdampak kepada pembelajaran siswa menjadi serbaterbatas dalam berkomunikasi, berinteraksi, dan berkreasi.
Di samping peran orang tua peserta didik, guru juga memiliki peran strategis membuat tangguh peserta didik dengan berusaha memotivasi mereka untuk disiplin belajar, semangat melaksanakan tugas, aktif dalam sesi presentasi dan menghidupkan interaksi online dengan guru dan teman, serta tetap berusaha berkarya melalui pemanfaatan berbagai media dan sumber belajar.
Kolaborasi antara orang tua dan pihak sekolah, guru harus kreatif dalam meramu materi, menggunakan metode menyenangkan, dan memberikan tugas yang dapat menstimulasi siswa bertanya kepada guru, teman sekelas maupun orang tuanya.
Sebagai guru tentunya berharap dengan adanya PJJ ini, peserta didik memiliki kemampuan kepekaan membaca yang baik, ketelitian, serta kesabaran dalam menyelesaikan setiap tagihan yang diberikan oleh guru. Pembelajaran online ini tentunya akan meninggalkan pengalaman positif untuk para peseta didik, tenaga pendidik, dan juga tentunya orang tua yang memiliki peran utama dalam mensupport sistem pembelajaran dari rumah ini.***
Penulis adalah Guru SMPN 3 Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Aktif sebagai Pengurus Inti PGRI Cabang Kecamatan Parongpong dan Ketua MGMP PPKn SMP Sub Rayon 01 KBB. Prestasi yang pernah diraih adalah Juara 1 Guru Berkonstitusi tingkat KBB dan Juara 3 Guru Berprestasi Tk. KBB.