‘Plong’, Aplikasi untuk Mengobati Hati Gelisah dari SMAN 1 Ngamprah Bandung Barat

FOTO SEKOLAH 12
Siswa SMAN 1 Ngamprah Kabupaten Bandung Barat, Farhan Mandito Wirarachman dan Ananda Safira Choirunissa menciptakan aplikasi 'Plong', (Foto: Disdik Jabar).

ZONALITERASI.ID – Siswa SMAN 1 Ngamprah Kabupaten Bandung Barat (KBB), Farhan Mandito Wirarachman dan Ananda Safira Choirunissa menciptakan aplikasi ‘Plong’.

Aplikasi kesehatan mental tersebut mengantarkan keduanya meraih medali perak bidang game dan aplikasi ‘Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI) Tahun 2020’.

Menurut Farhan Mandito Wirarachman, siswa berprestasi ini, aplikasi ‘Plong’ memiliki beragam fitur, mulai dari konseling, meditasi, relaksasi, jurnal bersyukur serta artikel kesehatan mental.

“‘Hanya dalam satu genggaman tangan, kamu dapat mengubah hidupmu menjadi lebih baik. Masuk plong, keluar ngeplong.’ Itu adalah moto dari aplikasi ‘Plong’ ini. Siapa pun yang merasa gelisah atau depresi bisa menggunakan aplikasi ini untuk membantu kesehatan mentalnya,” ujar Farhan, baru-baru ini.

Ia menyebutkan, pada fitur konseling, pengunjung aplikasi bisa mendapatkan pelayanan dari konseling profesional. ‘Plong’ telah bekerja sama dengan konselor dari Rumah Sakit Jiwa Cisarua.

“Konseling melalui ‘Pong’ diterapkan melalui sistem paket dengan durasi 45 menit setiap pertemuan. Ada paket perkenalan, paket lega, paket tenteram, dan paket bahagia. Mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 500 ribu,” tuturnya.

Siswa pencipta aplikasi ‘Plong’ lainnya, Ananda Safira Choirunissa, menjelaskan, kesadaran masyarakat terhadap kesehatan mental masih minim. Padahal, masalah kesehatan mental terjadi di seluruh dunia.

Lanjut Ananda, berdasarkan riset World Health Organization dan Institute for Health Metrics and Evaluation University of Washington, lebih dari 1,1 miliar orang di seluruh dunia menderita gangguan mental.

Sedangkan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, sekitar 3,7% (9 juta) orang dari populasi 250 juta orang menderita depresi dan 6% (14 juta) orang berusia 15 tahun ke atas menderita gangguan mood (suasana hati), seperti depresi dan kecemasan.

“Melalui aplikasi ‘Plong’, kami ingin mengedukasi bahwa kesehatan mental sangatlah penting dan mempengaruhi kualitas kehidupan seseorang. Kalau kita ngerasa seneng, pasti menjalani hidup juga akan senang. Jadi, kita juga bisa lebih produktif,” ungkapnya.

Dalam penjurian FIKSI 2020, ujar Ananda, salah satu dewan juri memuji aplikasi buatan mereka.

“Aplikasi kami dinilai sangat general. Karena, kebanyakan produk aplikasi itu fokus dan hanya mencakup kedaerahannya, sedangkan aplikasi kami sangat umum,” paparnya.

Dalam proses pembuatan aplikasi ‘Plong’ ini, kedua siswa itu saling melengkapi. Ananda dan Farhan berbagi tugas.

Farhan fokus pada pengembangan aplikasi, mulai dari desain, isi konten, dan sistem operasi. Sedangkan Ananda bertugas di bidang marketing/pemasaran, mulai dari promosi produk, membuat konten, dan menentukan segmen pasar.

“Ke depan, kami akan melakukan pemutakhiran aplikasi agar fitur dan fungsinya bisa lebih beragam. Salah satunya, akan ditambah fitur mood tracker,” cetus Farhan.

Dukungan Sekolah

Farhan mengungkapkan, aplikasi tersebut tidak akan menjadi juara jika tak ada dukungan penuh dari sekolah.

“Sekolah sangat mendukung dan menunjang kami, mulai dari dukungan motivasi hingga materi. Semua alat yang kita butuhkan, disediakan oleh sekolah,” terangnya.

Sementara Ananda menuturkan, dukungan para guru meninggalkan kesan yang sangat mendalam.

“Terima kasih buat para guru yang mendukung. Mereka sampai rela lari-lari saat di Rumah Sakit Cisarua demi mendukung kita. Kita bener-bener bangga deh sama guru SMAN 1 Ngamprah,” ungkapnya.

Kepala SMAN 1 Ngamprah, Engkus Kusnadi, sangat mengapresiasi prestasi kedua siswa itu. Itu merupakan prestasi luar biasa yang diraih oleh siswanya. Sebab, ini kali pertama sekolah tersebut meraih medali di FIKSI 2020.

“Yang lebih luar biasa, SMAN 1 Ngamprah adalah satu-satunya sekolah yang mewakili Jabar di kategori game dan aplikasi. Ini sangat membanggakan, baru pertama kali berpartisipasi langsung jadi finalis dan meraih medali perak,” ucapnya.

Engkus berharap, karya peserta didiknya bisa direspons oleh pemerintah daerah melalui RSJ Cisarua ataupun Ikatan Dokter Indonesia (IDI) untuk dikembangkan lebih jauh.

“Ini baru dan sangat menolong. Kami perlu menggandeng pihak lain, seperti pemerintah atau IDI agar aplikasi ini bisa dikembangkan dan diimpelementasikan secara luas,” katanya. (des)***