BUDAYA  

Puisi Dede Suherlan

pelangi
Ilustrasi pelangi, (Foto: Istimewa).

PELANGI 

Gerimis turun bersama
angin semilir
makin menyelimuti
rindu ini

Ingatan terbang menyusuri
kenangan
saat kita berjalan
menyusuri jalan
tak berujung

Aku tahu, mata sayumu
memancar memandang
tikungan itu

Dan, sekelebat
bayangan yang menyertai
perjalanan kita
tak bersuara
dibanding gemuruh
di dada ini

Kita tak goyah
menghalau perasaan
yang makin indah
merekah bersama rimbunnya
pepohonan
di lazuardi itu

Tak apalah
segalanya sekadar kenangan
fatamorgana
dan pelangi
nun jauh di sana

Bukankah asa
tak selalu
berlabuh di samudera

Mlyg, 010701

_____________________________________________

PAGI

Pagi adalah menjemput
hari jelang mentari
menyemburat menyapa
hati

Pagi bukan tentang apa
dan bagaimana
Bukan tentang siapa
dan mau apa

Ke mana pun kaki melangkah
Pagi setia menemani
berseri-seri

Di sini, pagi jadi
rindu
Saat telapak kaki
menginjak bumi
Aku lihat ada bayang
yang tak hilang
ditelan lekang

Di sini, pagi jadi
rasa
Tentang khayal
ke masa depan
Pagi adalah jejak
semangat bergelut
dengan hidup
Mengarungi laut
yang tambah redup

Mlyg, 240503

____________________________________________

ASA

berseloroh
bersama asap
membubung
dalam genggam
napas tersengal
membuai
dengan kepulan
beriring andai

hati bicara
tentang oase
di gurun gersang
perjalanan
dalam pasir
dan kerikil
yang terselip
di antara
jemari lusuh
penuh peluh

hati ini terus
bergemuruh
melemuh
menyatu
bersama derap
tiarap
merayap

di sana
ada langit biru
tujuan langkah
berjumpa arah

di sana
hela napas
jadi picu
langkah kuda
berburu
peluru

Mlyg, 110603

*

Dede Suherlan, alumni Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS IKIP Bandung (UPI). Senang menulis puisi sejak duduk di bangku SD.