BANGUN, PUTRA BANGSAKU!
Nak, bangun!
Jangan terbelenggu alam mimpi
Kita tengah hidup di masa pancaroba
Tak ada sinar surya, hanya kabut asap suram
Saat kau tenggelam dengan kerinduan di laut biru
Kini, lautan merah darah diiringi deburan tangis pasrah
Tatap tajamlah, nak! Setajam bambu runcing
Jangan kau tatap lesu dengan nanar mata sendu
Nak, aku Ibu Pertiwimu!
Tegakah kau nodaiku? Meluluhlantakkanku?
Aku tempat hidup dan saksi matimu
Darahmu mengalir bersamaku
Bangunlah, Putra Bangsa!
Kepalkan tangan baja di dadamu
Ikrarkan janji sumpah setia pada negeri
Ku beri kau mandat sebagai putra bangsa Pertiwi
Tasikmalaya, 13 September 2019
KAMI SANG PENERUS BANGSA
Tanah Air ini tempat kami berpijak
Tanah Air ini tempat kami menetap
Tanah Air ini tempat kami berjuang
Dan Tanah Air ini menantikan para penerus bangsa
Dia menjeritt…..
Mana penerus bangsaku ini?
Di mana aku harus mendapatkannya
Bawalah dia kepadaku
Aku sangat menantikannya
Kami berada di sini
Berada di Tanah Air ini
Berada di bangsa ini
Bangsa Indonesia
Kami sang penerus bangsa ini
Bertekad mempertahankan bangsa Indonesia
Mengamalkan nilai nilai Pancasila
Dan berada dalam barisan terdepan untuk
mempertahankan negeri ini
PANTAI
Langit biru menghiasi engkau
Nyiur hijau melambai-lambai menghiasi alam
Ombak-ombak saling berkejaran
Deburan ombak membentur karang
Kau tempat kami melihat sang surya terbit dan terbenam
Kau tempat para insan melepas kelelahan
Kau tempat para nelayan mencari nafkah
Tanpamu kami semua tak dapat merasakan semua itu
Tapi… Di balik keindahanmu
Tersimpan bencana yang amat dahsyat
Bahkan memusnahkan para insan
Hanya dengan air mu yang biru
Pantai…..
Kau diciptakan oleh Sang Khaliq
Menghiasi dunia dengan keindahanmu
Kami berjanji akan selalu melindungimu
KUJUNJUNG DEMOKRASI
Pesta Demokrasi
Rakyat sebagai aktor
Asas pemilu dijunjung tinggi
Tak perlu saling menyalahkan pilihan
Satu suara rakyat bak butiran emas
Kedaulatan negara berada di pangkuan rakyat
Pilihanmu menyentuh kunci kekuasaan
Jauhi tindak kriminal pemilu
Ibu Pertiwi menangis
Berjalan tertatih-tatih
Dalam nanar mata dia berkata
Jangan terpecah belah, kita adalah satu
Rakyat meraih emas permata pada lembar sejarah bangsa
Jangan sia-siakan waktumu
Kau lakukan sesuatu hari ini berdampak hingga masa depan
Jangan sakiti Ibu Pertiwimu hanya karna hawa nafsu
CERUK MERAH PUTIH
Ku berjalan di tengah teriknya sang mentari tanpa alas
Di atas bentala Kalana Fat
Terperosok ke ceruk merah putih
Memasuki relung yang menyayat hati
Di ceruk merah putih
Mereka menetap tak peduli dengan alamat
Hanya bertahan hidup agar tak sekarat
Menyantap santapan ala kadarnya tak menjerat
Perlahan sang surya menutup mata
Sang purnama menyinari tiap celah
Hanya bara api dari gesekan batu kasar memeluk lemah
Terlelap tanpa alas menutup mata rapat-rapat
Hati ini terkoyak-koyak
Menatap mereka dengan nanar mata sendu
Mereka menetap di ceruk merah putih
Mereka adalah kita, bangsa Indonesia
Tasikmalaya, 8 September 2019
Dini Aura Insani, Siswa Kelas XII IPA 2 SMA Negeri 1 Ciawi Kabupaten Tasikmalaya