BUDAYA  

Puisi Rudianto

hipwee Boy Sitting Alone 640x422 1 640x400 1
Ilustrasi, (Foto: Istimewa).

RINDU TELAGA

Rindu bersapa dengan-Mu
Tentang malam yang menggigil dibalut sepi
Saat kusampaikan kabar kepada-Mu
Berserah diri dihujung malam

Rindu berkabar dengan-Mu
Tentang kering
Tentang hujan
Tentang telaga
Airnya kikis tersapu angin

Rindu diberi oleh-Mu
Keberkahan yang riang
Dan cinta yang sebenarnya


MATAHARI TAK PERNAH TERBENAM

Ini kali keenam matahari pamit untuk terbenam
Tapi hanya awan yang seolah membuat matahari terbenam

Dulu saat matahari baru saja terbit
ketika semburat sinarnya baru membuat siluet gunung
Ketika keindahan baru bermunculan disebabkan olehnya
Ketika aku baru saja menikmati keindahan yang luarbiasa dan sangat baru
Dia pamit
Ternyata kepamitannya hanya karena awan yang mengitarinya

Pernah juga matahariku undur diri untuk terbenam
Saat cahayanya mulai gemulai menari
Ketika aku mulai menikmati tarian matahari

Ini semua karena matahari lainnya berebut sinar dengan matahariku

Saat panasnya menyengat, dia juga pamit.
Padahal aku sudah mulai terbakar
Dan sangat menikmatinya
Ternyata sebuah muslihat telah dirancangnya untuk sekadar menyampaikan pesan cintanya

Dan kali ini, saat dia memancarkan sinar cintanya
Dan saat aku tak bisa lagi tanpanya
Saat kusadar sinar cintanya suci dan murni
Dia menemaramkan cahaya

Ya Allah aku meminta tetaplah dia bersinar untukku
Tetaplah dia menjadi matahariku


Rudianto, Pengawas SMP di Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon dan pernah menjadi Guru Berprestasi Nasional tahun 2003.

Respon (181)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *