Purwakarta Punya ‘Tatanen di Bale Atikan’ dan ‘Pendidikan Sederhana’

HL Gede 13 880x528 1 880x400 1
Disdik Purwakarta tengah merancang program Tatanen di Bale Atikan. Program Tatanen di Bale Atikan merupakan upaya mengembalikan sekaligus membentuk kesadaran anak-anak terhadap lingkungannya, (Foto: Radarkarawang.id).

ZONALITERASI.ID – Dinas Pendidikan (Disdik) Purwakarta tengah merancang program Tatanen di Bale Atikan. Program ini merupakan upaya mengembalikan sekaligus membentuk kesadaran anak-anak terhadap lingkungan.

“Peserta didik diajarkan kembali bagaimana menanam tanaman sayuran contoh seperti cabai, saledri, bawang daun atau jenis tanaman yang memberikan manfaat bagi kebutuhan hidup, kemandirian pangan. Kemudian, mereka merawatnya dengan penuh kedisiplinan, tanggung jawab, dan keuletan,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta, H. Purwanto, di SMP Negeri 1 Babakancikao, Purwakarta, dikutip dari Radarkarawang.id, Kamis, 29 September 2022.

Dikatakannya, program Tatanen di Bale Atikan adalah wujud praktek pembelajaran berbasis proyek yang memiliki visi membentuk karakter peserta didik.

“Peserta didik diberikan pembelajaran berbasis proyek, sehingga melahirkan resonansi dan pancaran yang baik di rumah dan lingkungannya. Ke depan setiap sekolah di Purwakarta memiliki keunggulannya masing-masing,” tegasnya.

Pendidikan Sederhana

Pada kesempatan sama Purwanto mengungkapkan, dalam melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) tidak selalu harus daring (dalam jaringan). Wali kelas, lanjutnya, harus kreatif dan dapat melahirkan konsep ‘Pendidikan Sederhana’ yang aplikatif.

“Pendidikan sederhana yang aplikatif ditandai dengan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalahnya pada kehidupan sehari-hari. Kemudian, dari model pendidikan tersebut, maka dapat dilihat bagaimana potensi sesungguhnya yang ada pada diri siswa,” katanya.

Ia mengungkapkan, pendidikan aplikatif memiliki urgensi tersendiri untuk para siswa. Sebab, kecerdasan intelektual saja tidak cukup untuk para siswa dalam menghadapi tantangan hidup di kemudian hari.

“Kita harus memberikan layanan pendidikan yang aplikatif. Sebab, jika hanya urusan kecerdasan intelektual saja, maka siswa sesungguhnya bisa mencarinya lewat mesin pencarian Google. Sementara, kecerdasan emosional dan spritual yang aplikatif itu tidak bisa didapatkan dari google,” pungkasnya. (des)***