Rektor Universitas Widyatama Soroti Pentingnya Kolaborasi Internasional untuk Mencapai SDGs

Universitas Widyatama Gelar Konferensi Internasional Transformasi Digital

WIN05384
Rektor Universitas Widyatama, Prof. Dr. H. Dadang Suganda, M.Hum., (Foto: Dok. Universitas Widyatama)

ZONALITERASI.ID – Rektor Universitas Widyatama, Prof. Dr. H. Dadang Suganda, M.Hum., menekankan pentingnya kolaborasi internasional untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs). Ia berharap digelarnya Widyatama International Conference “Digital Transformation: Innovation and Disruption” menghasilkan rekomendasi konkret yang dapat diterapkan dalam berbagai sektor, terutama wirausaha dan pendidikan.

Pernyataan itu disampaikan Prof. Dadang menyikapi diselenggarakannya Widyatama International Conference “Digital Transformation: Innovation and Disruption”, di Universitas Widayatama, baru-baru ini.

“Oleh karena itu, luaran yang kami harapkan dari seminar ini ada kontribusi kepada kami, kepada masyarakat kepada negara kepada dunia dalam konteks yang sifatnya SDGs dan kewirausahaan,” ujar Prof. Dadang.

Menurutnya, bukan tanpa alasan diskusi ini dibangun berdasarkan kondisi yang terjadi secara global, salah satunya adalah perubahan iklim.

“Ada banyak gejolak dunia, katanya ada 20 gejolak, yang paling pertama itu adalah perubahan iklim,” ucapnya.

Konferensi Hadirkan Ahli Berbagai Bidang

Konferensi “Digital Transformation: Innovation and Disruption” menghadirkan para ahli dari berbagai bidang, termasuk ilmu sosial, pendidikan, dan energi, untuk membahas tantangan dan peluang yang muncul akibat pesatnya perkembangan teknologi digital.

Para peserta berasal dari berbagai negara, antara lain Kamboja, Singapura, dan Jepang.

Pemateri asal kamboja, Ith Vuthy, MSc. MA. Ith, membahas tantangan digitalisasi di kawasan Asia Tenggara, khususnya di Indonesia. Ia menyoroti ketidakmerataan akses digital di berbagai wilayah Indonesia dan menggarisbawahi pentingnya kebijakan pemerintah yang efektif untuk mengatasi masalah ini.

“Luasnya wilayah Indonesia membuat pemerataan digitalisasi sulit dilakukan,” katanya.

Ith Vuthy mengungkapkan opininya dalam masalah pemerataan di Indonesia. Ia berpendapat, salah satu solusi yang mungkin adalah dengan mengimplementasikan program digitalisasi yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik masing-masing wilayah.

“Terkadang kebijakan dari pemerintah tidak diimplementasikan dengan baik di lapangan,” katanya.

Pemateri lainnya, Prof. Dr. Sri Suning Kusumawardani dari Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Gajah Mada (UGM) membahas masalah pendidikan di sektor digitalisasi.

“Ada 3 permasalahan yang terjadi saat ini, yakni akses yang tidak merata, kualitas yang tidak serupa, dan ketidaksadaran pentingnya pendidikan tinggi,” katanya.

Sementara materi terkait sistem energi untuk mencapai kestabilan dibahas oleh Dr. Eng. Muhammad Aziz, dari Universitas Tokyo. Aziz menyoroti kehadiran EV (Electronic Vehicle) yang memberikan impact terhadap kondisi alam dan pemanfaatan energi bagi kehidupan. (des)***