ZONALITERASI.ID – Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) akan mengusung tujuh isu pendidikan dalam rembuk nasional pada 1-3 Juli 2022. Presiden Joko Widodo (Jokowi) rencananya akan membuka rembuk nasional tersebut.
Ketua Aptisi, Prof. Budi Djatmiko mengatakan, ketujuh isu yang akan dibahas dalam rembuk nasional adalah tuntutan akan pembubaran Lembaga Akreditasi Mandiri PT akibat pembayaran yang mahal.
Kemudian, isu kedua adalah uji kompetensi pendidikan kesehatan yang dinilai bermasalah karena pembayarannya mahal. Lalu, sulit dan lamanya perizinan prodi dan penggabungan PTS.
“Waktunya sampai bertahun-tahun,” katanya dalam keterangan pers, Senin, 20 Juni 2022.
Lalu, isu selanjutnya adalah masalah pajak bagi PTS. Dalam isu ini, PBB dikatakannya masih dipungut oleh Pemda. Kemudian Aptisi juga mempersoalkan Pph yang dijadikan objek dalam meningkatkan pendapatan negara.
Dan, isu-isu lainnya yang akan dibahas dalam rembuk nasional Aptisi adalah permasalahan izin belajar dosen, dikotonomi PTN/PTS, tertutupnya RUU Sisdiknas dan digitalisasi kampus.
“Permasalahan-permasalahan itu sudah ditindaklanjuti oleh Komisi X dan Kemendikbud dalam RDP di Gedung DPR RI beberapa waktu lalu. Namun kami merasa perlu untuk menuntaskan permasalahan-permasalahan itu dengan mencari solusinya lewat rembuk nasional,” kata Budi.
Kegiatan Rembuk Nasional Aptisi akan diselenggarakan di Bali Nusa Dua Convention Center, Kawasan Terpadu ITDC NW/1, Nusa Dua Bali. Selain Presiden Jokowi yang direncanakan menjadi narasumber utama, terdapat beberapa narasumber lain, seperti Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Mendikbudristek Nadiem Makarim, Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda, dan lainnya.
Adapun tema besar Rembuk Nasional Aptisi adalah “Digitalisasi Berbasis Blockchain, Tantangan Masa Depan dan Reformasi Pendidikan Tinggi”. Menurut Budi, tema tersebut mencerminkan bahwa PTS perlu memiliki kesepakatan bersama dalam menyongsong era emas tahun 2045.
Dalam era emas tersebut, generasi muda Indonesia akan berlimpah. Generasi muda pada tahun 2045 tersebut akan berlatar belakang lulusan perguruan tinggi. Oleh sebab itu, mereka perlu pengetahuan terbaru untuk siap menghadapi tantangan zaman.
Di sisi lain, teknologi blockchain mulai berkembang dan banyak sektor industri memanfaatkannya.
Dengan demikian, PT juga perlu mempersiapkan SDM yang kompeten dalam teknologi blockchain tersebut. Hal ini berkaitan juga dengan munculnya generasi muda emas pada tahun 2045. (des)***