Romantisme Pembelajaran di Era Covid-19

FOTO LITERASI 29
Ilustrasi, (Foto: Detik.com).

Oleh Agus Nurjaman, S.Pd.

MENYOAL pembelajaran online selama pandemi berlangsung dalam rangka mengurangi penyebaran covid-19 menimbulkan beberapa polemik di kalangan orang tua dan siswa. Seiring berjalannya waktu berbagai lantunan melankolis keluhan dilontarkan orang tua dalam menyikapi permasalahan ini. Banyaknya tugas yang diberikan oleh guru membuat sebagian siswa menjadi stres. Tugas yang didapatkan terasa begitu banyak sehingga terasa sangat membebani. Merebaknya covid-19 yang berkepanjangan menyebabkan belajar di rumah terus dijalankan meski tidak sedikit kendala yang bergulir. Dalam mengisi waktu pembelajaran tersebut faktanya tugas yang harus dikerjakan siswa sangat banyak karena hampir semua guru bidang studi memberikan tugas yang butuh waktu satu jam untuk menyelesaikannya. Akhirnya tugas makin menumpuk, hal inilah yang membuat para siswa jadi kelelahan bahkan berujung stres. Implikasinya motivasi belajar menjadi sangat menurun. Tak pelak lagi kejenuhanpun melanda para peserta didik karena merasa bosan dengan sistem pembelajaran yang dijalankan. Penugasan yang monoton membuat mereka kehilangan gairah belajar. Mungkin dikarenakan adanya persepsi yang kurang tepat di mana semua guru memahami home learning dengan memberikan tugas secara online, dan pengumpulannya pun online. Padahal di situasi seperti sekarang ini kreativitas seorang pendidik sangat diperlukan dengan harapan bisa menanggulangi tingkat kejenuhan yang melanda para peserta didik. Mereka membutuhkan interaksi dalam setiap pembelajaran bukan tugas yang sangat membebaninya. Anggapan seperti itu harusnya dihilangkan bahwa home learning itu tidak semata memberikan tugas yang banyak secara online.

Sesungguhnya maksud pembelajaran di rumah adalah memberikan aktivitas belajar di rumah secara terjadwal bukan bersifat penugasan yang banyak sehingga membuat siswa jadi kelelahan bahkan berujung stress. Peran orang tua dalam proses pembelajaran saat ini menjadi sangat vital. Para orang tua dituntut untuk bisa menggantikan peran guru di sekolah. Pembelajaran bisa dilakukan dengan menggunakan berbagai cara dan aplikasi yang tersedia. Waktu belajarnya pun harus dibatasi sebagaimana pelaksanaan kelas fisik yang biasa dilakukan sebelumnya. Kesiapan orang tua untuk membantu proses pembelajaran ini menjadi suatu hal yang sangat esensi dalam ketercapaian kompetensi peserta didik di era pandemi ini. Tidak bisa dipungkiri bahwa peran orang tua tidak akan mampu menggantikan fungsi di sekolah namun setidaknya bisa menjadi penuntun dan motivator bagi anaknya dalam keberlangsungan proses pembelajaran. Jika selama ini para peserta didik sibuk dengan berbagai tugas yang banyak, itu sama saja melanggar Peraturan Bupati yang tidak boleh memberikan pekerjaan rumah. Bukankah siswa harus terbebas dari semua itu? Anjuran pemerintah daerah ini begitu melekat dalam benak para peserta didik. Padahal seandainya saja siswa terbiasa dengan tugas dan pekerjaan rumah seperti proses pada pembelajaran beberapa tahun yang lalu mungkin ketika menghadapi kondisi seperti ini mereka akan sangat terbiasa dan tidak banyak berkeluh kesah. Namun rasanya tidak bijak jika kita mencari kambing hitam dari kasus ini, yang perlu dilakukan sekarang adalah mencari solusi alternatif yang tidak merugikan pihak manapun.

Tindakan preventif pemerintah dalam meretas pandemi covid-19 memang harus diapresiasi oleh semua pihak. Mengingat sekolah dianggap sebagai salah satu cluster penyebaran virus ini. Alasan inilah yang kemudian menjadi kebijakan bahwa kegiatan belajar mengajar di sekolah dihentikan dan diganti dengan proses pembelajaran jarak jauh. Akan tetapi penetapan kebijakan ini alangkah lebih baiknya jika dibarengi dengan langkah mengedukasi guru dan orang tua tentang pembelajaran jarak jauh yang sebenarnya sehingga tidak menimbulkan kendala pada saat prosesnya berjalan. Implikasinya mereka merasa sedikit kaget dan perlu beradaptasi. Hal ini terbukti pada kesiapan para guru yang asal memberikan tugas cukup banyak dan harus diselesaikan dalam waktu tertentu. Menurut para orang tua itu bukan langkah yang bijak mengingat banyak cara yang bisa dilakukan sehingga proses pembelajaran menjadi sangat menyenangkan yang pada akhirnya tidak menghambat laju proses pembelajaran daring ini.

Namun yang harus diketahui bersama adalah beberapa kendala seakan tidak bisa terselesaikan dalam menjalankan proses pembelajaran jarak jauh ini. Misalnya keterbatasan perangkat yang dimiliki peserta didik, kontur tempat tinggal yang sulit menerima jaringan, atau godaan untuk bermain game online seakan terus menghantui. Oleh karena itu marilah sekarang kita sikapi permasalahan ini secara rasional dan bijksana. Rasanya tidak semua guru harus membebani siswanya dengan tugas online yang bejibun sehingga membuat mereka menjadi kewalahan hingga berujung stres, karena semakin tinggi tingkat stres seseorang akan semakin rentan terjangkit penyakit. Padahal inti dari penutupan sekolah ini bertujuan menghindari virus yang mematikan. Sedangkan kata kunci agar kita terbebas dari virus yang berbahaya itu adalah sehat. Jadi kita harus sehat secara fisik dan mental. Jika seseorang berada dalam kondisi stres dipastikan secara fisik mereka akan sakit. Sudah bisa dipastikan kondisi ini akan rentan mengundang virus. Untuk itu sangat dianjurkan para guru berinovasi dan menggunakan bahan ajar yang bisa disampaikan secara online dengan mengedapankan sistem pembelajaran joyful learning bisa dijadikan sebagai sebuah solusi alternatif.

Setiap guru harus memiliki daya inovatif untuk dapat menciptakan sebuah sistem pembelajaran yang menyenangkan. Kreativitas tinggi sangat diperlukan guna menghasilkan suatu pola pembelajaran yang tidak monoton dan membosankan. Membuat sistem pembelajaran yang menyenangkan menjadi sebuah kebutuhan. Hal ini sangat diharapkan bisa membantu meningkatkan motivasi belajar peserta didik sehingga kompetensi yang diharapkan bisa tercapai dengan sempurna. Perhatian orang tua tidak kalah pentingnya dalam mengatasi menurunnya motivasi belajar anak. Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar seorang peserta didiknya. Salah satunya adalah menjalankan proses pembelajaran yang menarik, menantang, dan variatif. Menciptakan materi yang kekinian menjadi sebuah tuntutan karena proses pembelajaran yang dijalankan akan sesuai dengan kondisi peserta didik itu sendiri. Pada akhirnya akan mengurangi keluhan-keluhan yang selama ini bergulir. Diperparah dengan kondisi seperti sekarang ini yang serba tidak menentu sehingga tak jarang menjadi sebuah lantunan kisah yang romantik menyayat hati.***

Penulis adalah Guru Bidang Studi Bahasa Inggris di SMPN 1 Pasirjambu Kabupaten Bandung.