ZONALITERASI.ID – Kementerian Agama (Kemenag) akan mengembangkan Computational Thinking (CT) di pesantren. Sebelumnya, program pengembangan CT digelar di madrasah.
CT adalah proses berpikir untuk memformulasikan persoalan dan solusinya secara efektif, efisien, dan optimum.
Dirjen Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag, Prof. Muhammad Ali Ramdhani, mengatakan, penerapan CT pada pesantren di Indonesia dapat segera direalisasikan.
“Kekuatan masa depan berada pada kekuatan teknologi digital. Oleh sebab itu para santri harus menguasai teknologi digital,” kata Ali Ramdhani, saat menghadiri silaturahmi bersama Ketua Umum PBNU, Prof. KH. Said Aqil Siradj, di Pondok Pesantren Al Tsaqafah, Jakarta, Selasa (17/11/2020).
“Kita sedang mengembangkan injeksi computational thinking untuk siswa madrasah, membiasakan siswa-siswa mulai dari madrasah ibtidaiyah dengan logika komputasi. Ke depan juga hal sama perlu dilakukan di pesantren,” tambahnya.
Menurut Dhani, Muhammad Ali Ramdhani, CT adalah bagian penting dari proses adaptasi, untuk menghadirkan anak zaman, menjadi anak dari sebuah dinamika zaman. Mereka adalah generasi yang beribukan waktu, berayahkan zaman, menari bersama zaman untuk menarikan zaman.
“Hidup kita bukan pada masa lalu, hidup kita pada masa sekarang dan masa depan. Dan orang yang piawai membaca masa depan dengan baik adalah orang yang akan menjadi pemilik masa depan,” tandas Dhani.
Pengasuh Pondok Pesantren Al Tsaqafah, Prof. KH. Said Aqil Siradj menyambut baik formulasi CT bagi siswa pesantren dan madrasah yang diinisiasi oleh Dirjen Pendis.
“Islam bukan hanya teologi dan ibadah, tetapi juga agama hadlarah dan tsaqafah. Dan hidup ini harus dinamis, tidak boleh puas dengan apa yang baru kita capai sekarang dan tidak boleh minder. Dan pasti kita bisa beradaptasi dengan computational thinking, karena ini adalah kunci untuk menguasai masa depan,” tandasnya. (haf)***