Saatnya Guru Menghamba kepada Siswa

WhatsApp Image 2020 12 05 at 21.09.48 1 1 548x300 1
Rudianto, (Foto: Dok. Pribadi).

Oleh Rudianto, M.Pd.

JANGAN ajarkan menyanyi kepada orang yang bisu! Jangan ajarkan bercocok tanam kepada nelayan! Jangan berikan makanan kepada orang yang kehausan! Jangan berikan garam ke lautan!

Itulah prisip pembelajaran Merdeka Belajar. Pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa (peserta didik). Sementara peserta didik tidak tahu apa yang mereka butuhkan. Jadilah guru yang harus super aktif. Agar guru bisa memberikan layanan yang tepat kepada peserta didik, dia harus memahami siapa peserta didik yang dihadapinya.

Untuk bisa menjadi guru yang menghamba kepada peserta didik, pembelajaran berdiferensi adalah solusinya. Apakah pembelajaran berdiferensiasi itu?

Pembelajaran berdiferensiasi (PB) bukanlah hal yang baru dalam dunia pendidikan. Kepedulian pada siswa dalam memperhatikan kekuatan dan kebutuhan siswa menjadi fokus perhatian dalam PB. Profil pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar siswa. PB mengharuskan pendidik mencurahkan perhatian dan memberikan tindakan untuk memenuhi kebutuhan khusus siswa.

PB memungkinkan guru melihat pembelajaran dari berbagai perspektif. PB merupakan proses siklus mencari tahu tentang siswa dan merespons belajarnya berdasarkan perbedaan. Ketika guru terus belajar tentang keberagaman siswanya, maka pembelajaran yang profesional, efisien, dan efektif akan terwujud.

PB merupakan penyesuaian terhadap minat, preferensi belajar, kesiapan siswa agar tercapai peningkatan hasil belajar. PB bukanlah pembelajaran yang diindividualkan. Namun, lebih cenderung kepada pembelajaran yang mengakomodir kekuatan dan kebutuhan belajar siswa dengan strategi pembelajaran yang independen.

Saat guru merespons kebutuhan belajar siswa, berarti guru mendiferensiasikan pembelajaran dengan menambah, memperluas, menyesuaikan waktu untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal.

Pembelajaran berdiferensiasi pada hakikatnya pembelajaran yang memandang bahwa siswa itu berbeda dan dinamis. Karena itu, sekolah harus memiliki perencanaan tentang pemberajaran berdiferensiasi, antara lain:

1) Mengkaji kurikulum saat ini yang sesuai dengan kekuatan dan kelemahan siswa.

2) Merancang perencanaan dan strategi sekolah yang sesuai dengan kurikulum dan metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan siswa.

3) Menjelaskan bentuk dukungan guru dalam memenuhi kebutuhan siswa.

4) Mengkaji dan menilai pencapaian rencana sekolah secara berkala.

Pembelajaran berdiferensiasi bisa dilaksanakan jika sekolah sudah memiliki kebijakan tentang penerapannya pada anak berkebutuhan khusus di sekolah inkusif. Termasuk di dalamnya komunikasi yang terstruktur dengan komite sekolah, guru, dan orangtua. Guru harus memperhatikan beberapa aspek dalam belajar dan pembelajaran. Ada enam (6) elemen yang berkontribusi terhadap belajar dan pembelajaran.

Ada empat (4) komponen pembelajaran berdiferensiasi, yaitu: isi, proses, produk, dan lingkungan belajar.

1) Isi meliputi apa yang dipelajari siswa. Isi berkaitan dengan kurikulum dan materi pembelajaran. Pada aspek ini, guru memodifikasi kurikulum dan materi pembelajaran berdasarkan gaya belajar siswa dan kondisi disabilitas yang dimiliki. Isi kurikulum disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan siswa. Umumnya, guru tidak mampu mengontrol isi kurikulum yang spesifik (yang tidak bisa dipahami semua anak) berdasarkan gaya belajar siswa serta menyesuaikan materi pembelajaran berdasarkan jenis disabilitas yang dimiliki.

2) Proses, yakni bagaimana siswa mengolah ide dan informasi. Bagaimana siswa berinteraksi dengan materi dan bagaimana interaksi tersebut menjadi bagian yang menentukan pilihan belajar siswa. Karena banyaknya perbedaan gaya dan pilihan belajar yang ditunjukkan siswa, maka kelas harus dimodifikasi sedemikian rupa agar kebutuhan belajar yang berbeda-beda dapat diakomodir dengan baik. Gregory & Chapman (2002) menyatakan proses pembelajaran yang dimodifikasi tersebut adalah: a. Mengaktifkan pembelajaran. Aktivitas belajar difokuskan pada materi yang dipelajari, menghubungkan materi yang belum dikuasai, memberi kesempatan pada siswa untuk mencari mengapa materi yang dipelajari penting, dan menjelaskan apa yang dilakukan siswa setelah belajar. b. Kegiatan belajar. Melibatkan kegiatan pembelajaran yang sebenarnya, seperti pemodelan, latihan, demonstrasi, atau game pendidikan. c. Kegiatan pengelompokkan. Baik kegiatan belajar individu maupun kelompok harus direncanakan sebagai bagian dari proses pembelajaran.

3) Produk, bagaimana siswa menunjukkan apa yang telah dipelajari. Produk pembelajaran memungkinkan guru menilai materi yang telah dikuasai siswa dan memberikan materi berikutnya. Gaya belajar siswa juga menentukan hasil belajar seperti apa yang akan ditunjukkan pada guru.

4) Lingkungan Belajar, bagaimana cara siswa bekerja dan merasa dalam pembelajaran.

Ketika guru sudah mengetahui hasil asesmen siswa, guru bisa membantu belajar siswa. Diferensiasi melibatkan hasil asesmen yang terdiri dari tiga (3) komponen, yaitu: 1. Kesiapan 2. Minat, 3. Pilihan belajar (modalitas belajar). Semua rencana dan komponen pembelajaran berdiferensiasi di atas, harus menyeseuaikan dengan ketiga kondisi peserta didik berdasarkan asesmen.

Permasalahannya adalah tahukah guru bagaimana cara menghamba kepada peserta didik yang sebenarnya. Lalu mampukah guru untuk menjadi guru yang menghamba kepada peserta didik dengan cara di atas. Setelah mampu, maukah guru menghamba kepada peserta didik. ***

Tulisan ini disadur dari buku Panduan Pelaksanaan Model Pembelajaran Berdiferensiasi d Sekolah Insklusif karya Dr. Marliana, S.Pd., M.Si.

Penulis adalah Pengawas SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon