Oleh Dra. Reni Hadijani Relawati S.
LAMA kita rindukan buku baru terbitan anyar. Kita baca khusuk di tempat nyaman berupa perpustakaan.
Bab demi bab buku itu dibaca. Isinya dirangkum jadi ringkas. Kita diskusikan bersama teman. Asyik semua memberi tanggapan. Buku mana yang kita suka?
Sastra, budaya, pendidikan, atau buku apapun. Semua gudang ilmu pengetahuan. Pustaka ibarat media edukasi wajib bagi kutu buku. Pembaca setia akan membaca. Di rumah, sekolah, bus kota, angkot, taman. Tempat yang dahulu nyaman untuk membaca.
Sebuah kerinduan. Toko buku, pasar buku, pameran, hingga hadiah, dulu pernah mengasyikan. Kenang, kenanglah tahun 70-an.
Kini sepi. Perpustakaan lesu karena teknologi tinggi yang menggeser bangku pustaka. Media sosial sering dijadikan dalih pembicaraan.
Tidak. Tidak harus bosan untuk bertahan. Penerbit, perpustakaan, dan penggiat masih ada. Komunitas eksis walau belum semarak seperti dulu lagi.
Tak mengapa. Minimal di desa-desa kini tersemangatkan dengan istilah PerpuSeru (Perpustakaan Seru). Semangat itu setidaknya terlihat di PerPuseru Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.
Di kawasan yang terkenal sebagai sentra bunga ini, kegiatan baca-tulis terlihat semakin baik. Kepala desa bersama staf desa terus memberi dukungan semangat yang diikuti oleh muda-mudi Karang Taruna.
Ya, penting bagi kita agar aktivis tetap berupaya mengajak dan membina generasi muda negeri ini.
Indonesia harus berjaya kembali dalam hal baca, tulis, hitung (calistung). Kelompok calistung akan menggiring kesenangan dalam minat baca. Tentu kalangan pendidikan senantiasa positif dalam membimbing para pembaca muda.
Sekadar membuka ingatan, PerPuseru merupakan program yang diusung Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Republik Indonesia bekerja sama dengan Cola Foundation dan BiII & Melinda Gates Foundation. Perpuseru mulai digulirkan pada 2011.
PerPuseru merupakan program pengembangan perpustakaan umum menjadi pusat belajar masyarakat yang memberikan pelayanan berbasis teknologi informasi.
Kini, PerpuSeru telah dibuka di 586 perpustakaan desa dan 104 perpustakaan kabupaten di 18 provinsi. Untuk saat ini, penanganan PerpuSeru langsung dilakukan oleh Perpusnas.***
Penulis adalah relawan PerPuseru di Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.