Siapa Bilang Perpustakaan Itu Tidak Penting?

Oleh Catur Nurrochman Oktavian

perpustakaan 2 800x400 1
Ilustrasi, (Foto: Apahabar.com).

BANGSA yang maju pasti memiliki masyarakat yang maju pula. Dan masyarakat yang maju ditunjukkan dengan masyarakat yang gemar membaca. Budaya literasi menjadi prasyarat utama kemajuan suatu bangsa. Literasi bukan hanya soal melek huruf atau kemampuan membaca dan menulis secara teknis semata. Literasi berhubungan erat pula dengan aspek ekonomi, pendidikan, politik, hukum, teknologi, budaya, dan gaya hidup. Perubahan kebiasaan, adat, dan budaya masyarakat Indonesia -yang lebih gemar menonton dan berbicara dibandingkan budaya baca tulis akan terjadi apabila terjadi interaksi masyarakat yang intensif dengan buku sehingga muncul masyarakat gemar membaca.

Salah satu sarana penting dalam membentuk masyarakat gemar membaca adalah perpustakaan. Perpustakaan boleh dibilang sebagai jantungnya masyarakat yang gemar membaca. Posisi perpustakaan demikian strategis mengingat akses masyarakat luas yang masih terbatas pada buku baik karena harga buku yang masih tidak terjangkau oleh sebagian besar masyarakat juga karena masih minimnya keberadaan toko-toko buku yang umumnya masih tersebar hanya di kota-kota besar. Membicarakan masa depan masyarakat gemar membaca tidak terlepas dari nasib keberadaan perpustakaan di masyarakat.

Umumnya di banyak daerah, keberadaan perpustakaan hanya sebagai pelengkap bahkan tidak jarang perpustakaan kerap dianggap sebagai lembaga yang kurang penting karena hanya menghabiskan anggaran kas daerah, sehingga keberadaannya dinilai kurang penting oleh pemkot maupun pemkab. Kenapa begitu? Karena banyak para penguasa politik dan pemegang kebijakan menilai bahwa untuk menjadikan masyarakat melek literasi, kreatif, melek akan hak-hak hidupnya, tanggap terhadap kondisi lingkungan -dan itu dapat dicapai melalui peran aktif perpustakaan- dianggap tidak berhubungan dengan kemajuan pembangunan yang selalu diukur dengan nilai ekonomi semata. Ukuran kesejahteraan masyarakat selalu dinilai dengan ukuran ekonomi, kebendaan, materiil, dan pembangunan fisik semata. Padahal terwujudnya kualitas masyarakat yang cerdas, kritis, kreatif, empati yang ditunjukkan melalui masyarakat yang melek secara literasi terwujud dari interaksinya dengan bahan bacaan yang salah satunya ditopang dengan keberadaan perpustakaan dan interaksinya dengan masyarakat. Membicarakan masa depan minat baca masyarakat searah sejalan dengan membicarakan nasib perpustakaan.

Keberadaan kelembagaan perpustakaan yang berbentuk kantor -tingkatannya di bawah dinas atau badan- disinyalir sebagai bentuk kurang perhatiannya terhadap keberadaan perpustakaan, karena secara status kelembagaan kantor lebih rendah dari dinas dan badan. Jadi dengan kelembagaan perpustakaan berbentuk kantor yang secara kelembagaan lebih rendah dari dinas atau badan, maka menjadikan posisi daya tawar perpustakaan lebih rendah dalam hal mengajukan program kegiatan dan usulan anggaran. Akibatnya dapat ditebak, yaitu dalam upaya menjadikan perpustakaan sebagai ujung tombak yang strategis untuk meningkatkan minat masyarakat yang gemar membaca selalu terkendala. Tergabungnya perpustakaan dengan bidang garapan lain (kearsipan) tidak jarang menjadi permasalahan tersendiri. Tidak jarang ada kecenderungan perhatian pimpinan pada salah satu bidang saja. Apalagi secara fisik, biasanya lokasinya saling berjauhan antara bidang arsip dengan perpustakaan (tidak dalam satu lokasi) sehingga dapat menimbulkan penerapan manajemen secara sektoral. Apabila penerapan pola manajemen sektoral terjadi, maka menjadikan keberadaan perpustakaan kian terpinggirkan.

Bagaimana langkah yang dapat diambil untuk mengatasi masalah ini? Menurut penulis, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pemimpin di daerah sebagai berikut.

Pertama, jika ingin masyarakat daerahnya maju, maka kuncinya adalah melalui masyarakat yang gemar membaca. Masyarakat gemar baca (reading society) sebagai prasyarat utama menuju masyarakat maju (advance society). Dan menjadikan masyarakat gemar membaca memerlukan peran penting perpustakaan. Perpustakaan itu penting dan harus ditanamkan oleh semua pemimpin daerah dan jajaran di bawahnya. Kemajuan suatu masyarakat tidak dapat dinilai hanya dari angka-angka makro secara ekonomi, namun dapat dilihat dari kreativitasnya, daya kritisnya, kepedulian terhadap lingkungan yang semuanya dapat dicapai melalui kegemaran membaca. Sebagai bukti pentingnya keberadaan perpustakaan, maka secara kelembagaan posisi perpustakaan dapat dinaikkan menjadi setingkat dinas atau bahkan setingkat badan. Perpustakaan itu penting bahkan sangat penting keberadaannya untuk menjadikan masyarakat yang unggul melalui membaca. Hal ini harus disadari betul oleh para pemimpin di daerah.

Kedua, perlunya pemimpin di daerah memodernisasi perpustakaan dan menjadikan perpustakaan sebagai tempat rujukan pengembangan budaya masyarakat. Peran anggaran yang besar perlu diberikan kepada perpustakaan agar mampu mengembangkan berbagai program kegiatan yang mampu mengembangkan kemampuan intelektual dan kreativitas masyarakat. Sosialisasi penumbuhan minat baca masyarakat perlu digencarkan dengan berbagai cara melalui program-program kegiatan yang menarik dan hal tersebut tentunya membutuhkan porsi anggaran yang besar.

Ketiga, perlunya menghilangkan label atau anggapan bahwa perpustakaan hanya pelengkap dan sebagai tempat yang tidak penting. Perlunya pemimpin di perpustakaan yang berjiwa visioner, menciptakan gairah kompetisi yang sehat, dan mampu menyatukan segala potensi staf dan pustakawan demi mencapai tujuan organisasi. Penghargaan dan insentif yang besar perlu diberikan kepada staf dan pustakawan yang kinerjanya baik, berdedikasi, dan inovatif dalam menjalankan tugasnya.

Keempat, menjalin kerjasama dengan seluruh kerani pustaka di daerah maupun di lingkup lebih luas. Kerja sama kemitraan dengan berbagai elemen dibutuhkan agar tugas dan fungsi perpustakaan sebagai lembaga yang menjadikan masyarakat cerdas dan berbudaya dapat terlaksana dengan efektif dan efisien. Jangkauan kerja yang luas dan terbatasnya sarana dan prasarana merupakan kendala apabila tidak menjalin kerja sama dengan elemen-elemen masyarakat lainnya. Karena tanggung jawab menjadikan masyarakat yang melek literasi adalah tanggung jawab bersama dan lintas sektoral. Perbanyak kegiatan-kegiatan literasi yang melibatkan masyarakat luas, sehingga rasa memiliki masyarakat terhadap perpustakaan menjadi besar. Perpustakaan berfungsi sebagai pusat sumber belajar masyarakat. Untuk meningkatkan fungsi ini, maka kerja sama seluruh elemen menjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Masyarakat yang ingin maju akan merasakan peran penting dari perpustakaan.

Demikian beberapa poin gagasan yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan peran perpustakaan daerah di tengah tengah masyarakat, sehingga mempercepat terbentuknya masyarakat maju melalui tumbuhnya minat baca masyarakat yang tinggi. Semoga cita-cita mewujudkan masyarakat maju yang kreatif, kritis, tanggap, dan peduli melalui masyarakat gemar membaca dapat segera tercapai. Dan semua itu memerlukan peran penting dari perpustakaan. Jadi siapa bilang perpustakaan tidak penting? Ayo membaca ke perpustakaan!***

Catur Nurrochman Oktavian, Guru SMP Negeri 1 Kemang Jawa Barat; Wakil Bendahara PB PGRI; Wakil Ketua Dewan Eksekutif APKS PB PGRI.