ZONALITERASI.ID – Ketua Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif PWNU Jawa Barat, Hj. Ifa Faizah Rohmah, menyampaikan bahwa latar belakang Kemendikbudristek menggulirkan Program Organisasi Penggerak (POP) adalah karena rendahnya kualitas guru secara nasional.
Ketua Yayasan Al-Muhajirin Purwakarta ini mengutip sebuah hasil survei yang menyampaikan data sekitar 1,6 juta guru Indonesia yang mengikuti uji kompetensi mendapatkan hasil di bawah standar.
“Ini menjadi tantangan tersendiri dan harus dijawab oleh LP Ma’arif NU,” katanya, saat pembukaan Evaluasi Pembelajaran Literasi Numerasi Guru dan Kepala Sekolah Sasaran Program Organisasi Penggerak (POP) Tingkat SMP LP Ma’arif NU PBNU-Kemdikbudristek RI, di Hotel Grand Sovia, Kota Bandung, Selasa, 23 Mei 2023.
Aktivis pendidikan yang akrab disapa Teh Ifa itu menuturkan, saat ini sekitar 200 juta masyarakat Indonesia sudah terhubung dengan internet. Sedikit banyak peserta didik akan dan terganggu dengan suguhan-suguhan instan secara daring.
“Seorang guru saat ini dan ke depan harus paham tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya media sosial. Selain itu, perlu adanya lembaga pendidikan NU yang menjadi pilot bagi lembaga pendidikan lain di lingkungan NU sendiri,” ungkapnya.
Pada kesempatan sama Teh Ifa menyampaikan evaluasi POP. Itu sangat penting karena menjadi proses identifikasi untuk mengukur dan menilai apakah suatu kegiatan atau program yang dilaksanakan sesuai dengan perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai.
Evaluasi, menurutnya, sangat dibutuhkan dalam berbagai bidang kehidupan manusia sehingga meningkatkan efektivitas dan produktivitas, baik dalam lingkup individu, kelompok, maupun lingkungan kerja.
Ia menambahkan, evaluasi program POP sangat bermanfaat bagi LP Ma’arif NU PWNU Jawa Barat dalam beberapa hal.
Pertama, mengetahui seberapa baik tingkat penguasaan para pendidik di LP Ma’arif NU terhadap kompetensi yang telah ditetapkan.
Kedua, untuk mengetahui apa saja kesulitan yang dialami para pendidik di LP Ma’arif NU dalam kegiatannya yang kemudian dapat dilakukan diagnosa dan kemungkinan memberikan remedial teaching.
Ketiga, untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas suatu metode, media, dan sumber daya lainnya dalam melaksanakan POP SMP ini.
“Yang keempat atau yang terakhir, sebagai umpan balik dan informasi penting bagi pelaksana evaluasi untuk memperbaiki kekurangan yang ada di mana hal tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengambil keputusan di masa mendatang,” pungkas Teh Ifa.
Kegiatan tersebut dihadiri Wakil Ketua LP Ma’arif PBNU Mujiburohman, Direktur POP SMP LP Ma’arif PBNU Wardi Taufik, dan Sekretaris POP SMP LP Ma’arif PBNU K.H. Deden Saeful Ridwan. (dan)***