Sinergi Orang Tua dan Guru BK Saat Pandemi

12
Guru BK harus menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua siswa agar dapat diketahui lebih dini persoalan-persoalan siswa, (Ilustrasi: Formaiska).

Oleh Mas Djie

SALAH satu aspek keberhasilan program bimbingan dan konseling(BK) di sekolah adalah karena adanya peran orang tua siswa. Hal ini bisa terjadi tentu dengan kerja sama yang baik antara pihak sekolah, dalam hal ini guru BK dengan orang tua siswa. Guru BK harus menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua siswa agar dapat diketahui lebih dini persoalan-persoalan siswa. Sebab saat ini orang tua yang berada sangat dekat dengan siswa ketika belajar.

Karena pada masa pandemi saat ini pembelajaran dilakukan dengan daring, tingkat stres pada anak didik meningkat. Sehubungan dengan hal tersebut Guru BK harus rajin berkomunikasi dengan pihak orang tua untuk mengetahui keadaan siswanya. Pasalnya, kebanyakan dari orang tua cenderung pasif terhadap keadaan anak-anaknya, segan melapor ke pihak sekolah, atau juga bisa karena tidak mengerti bila anaknya ada persoalan.

Guru BK harus berkomunikasi dan memberi edukasi kepada orang tua tentang ciri-ciri anak didik yang sedang mengalami stres atau mengalami masalah serta faktor-faktor penyebab dari stres tersebut. Dengan mengetahui ciri-ciri dan penyebabnya orang tua segera dapat mengambil tindakan, di antaranya dengan berkonsultasi dengan guru BK untuk melakukan pencegahan dan mencari solusinya bersama.

Kebanyakan orang tua umumnya tidak menyadari penyebab dan ciri-ciri stres pada anak. Ini bisa jadi disebabkan oleh pemahaman keliru bahwa hanya orang dewasa yang bisa stres.
Stres pada anak dapat muncul dari tuntutan yang berasal dari lingkungan sekitar seperti orang tua, sekolah, ataupun lingkungan sosial. Selain itu, rasa stres juga dapat muncul dari dalam diri sendiri ketika adanya perbedaan antara hal yang ingin dicapai dengan kemampuan dirinya.

Berikut ini beberapa faktor penyebab timbulnya stres pada anak didik saat pandemi:

1) Kecemasan berlebih terkait tugas sekolah. Waktu yang terbatas antara mendapatkan tugas dengan waktu menyelesaikannya menjadi tekanan untuk siswa.

2) Kesulitan untuk merasa rileks karena padatnya jadwal pembelajaran.

3) Kelelahan akibat penggunaan perangkat lunak dalam waktu yang lama.

4) Kurangnya interaksi lansung dengan teman sebayanya.

5) Jaringan internet yang tidak stabil saat proses pembelajaran berlangsung.

6) Perangkat lunak yang tidak memadai.

7) Kuota internet habis.

8) Situasi rumah yang tidak kondusif untuk belajar.

Selain mengetahui faktor-faktor penyebab timbulnya stres pada anak didik, guru BK juga harus memberikan edukasi kepada orang tua tentang ciri-ciri anak yang sudah mengalami stres.

Berikut ciri-ciri anak mengalami stres saat pandemi

1) Munculnya perilaku negatif. Misalnya anak menjadi mudah marah, tersinggung, mengeluh, membantah.

2) Merasakan ketakutan. Misalnya takut tidak dapat menyelesaikan tugas tepat waktu.

3) Pasif saat pembelajaran daring berlangsung.

4) Tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru.

5) Tidak fokus saat pembelajaran daring.

6) Berbohong kepada orang tua.

Setelah orang tua mengetahui penyebab timbulnya stres dan ciri-ciri stres pada anak, orang tua dapat segera mencari pertolongan. Orang tua bisa segera berkomunikasi dengan guru BK untuk melakukan upaya pencegahan stres.

Orang tua juga dapat meminimalisir faktor-faktor penyebab timbulnya stres tersebut di atas dengan cara:

1) Menyempatkan waktu menemani anak mengerjakan tugas.

2) Mengatur tata ruang belajar agar lebih rapi dan nyaman.

3) Memberikan alat penangkal radiasi pada perangkat lunak.

4) Memberikan waktu berkunjung atau bermain saat hari libur dengan tetap melakukan protokol kesehatan.

5) Mencarikan titik spot internet yang kuat di area rumah.

6) Membelikan perangkat lunak yang layak pakai.

7) Mengantipasi dengan membelikan kuota internet sebelum habis.

8) Mengatur situasi rumah yang nyaman saat anak sedang belajar daring.

Apabila orang tua menemukan ciri-ciri stres pada anak segera berkomunikasi dan konsultasi dengan guru BK untuk mencari upaya penyelesaiannya.

Agar stresnya tidak berkelanjutan orang tua segera berkonsultasi dengan guru BK untuk melakukan penanganannya.***

Penulis adalah mahasiswa BK IKIP Siliwangi