Spirit Putera Sang Fajar, Menelisik Sisi Seniman Bung Karno

aagni scaled
Pulang Kerja Creative dan O Collective menggelar babak pertama dari acara Dwiharmoni bertajuk ‘Spirit Putera Sang Fajar’, di Gedung Indonesia Menggugat, Jalan Perintis Kemerdekaan No. 5 Bandung, Sabtu, 22 Juli 2023, (Foto: Agni Fristy/Zonaliterasi.id).

ZONALITERASI.ID – Pulang Kerja Creative dan O Collective menggelar babak pertama dari acara Dwiharmoni bertajuk ‘Spirit Putera Sang Fajar’, di Gedung Indonesia Menggugat, Jalan Perintis Kemerdekaan No. 5 Bandung, Sabtu, 22 Juli 2023.

Acara ini bertujuan untuk menggabungkan berbagai elemen/komunitas dari berbagai disiplin (akademisi, seniman, dan aktivis) dalam satu rangkaian acara dengan spirit yang menghormati sosok Bung Karno. Acara dibagi menjadi tiga babak, dengan dua babak selanjutnya yang akan diadakan pada bulan Agustus dan September 2023.

Babak pertama dengan tema ‘Soekarno dan Trisno Yuwono juga Seniman’ ini diselenggarakan dengan fokus pada eksplorasi peran Bung Karno sebagai seorang ‘seniman.’ Acara dimulai dengan penyampaian puisi karya Soekarno berjudul ‘Aku Melihat Indonesia’ oleh partisipan seni, Samuel Leonardi. Selanjutnya, menyanyikan lagu Indonesia Raya oleh semua peserta acara dan dipimpin oleh ketua pelaksana, Syakiri.

“Bung Karno, di gedung ini kamu pernah berjuang, kami ingin bicara tentang dirimu, sosok yang biasanya dibicarakan sebagai negarawan, politikus, dan akademisi. Dengan adanya acara ini, mari kita mengenal Bung Karno dari segi pandang yang lain, yakni Bung Karno sebagai seorang seniman,” tutur Syakiri, membuka acara.

Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan Trisno Yuwono yang menyanyikan lagu berjudul “Merdekalah.”

Sebelum memasuki inti acara, biografi Soekarno dipaparkan oleh penggiat dan praktisi sejarah, Febby Syahputra.

“Engkau sudah ditakdirkan sebagai pemimpin yang akan menyelamatkan bangsamu dari penindasan, itulah kata-kata sang Ibu untuk anaknya yang bernama Soekarno,” tutur Febby.

“Beliau ini sosok yang luar biasa, Putera Sang Fajar yang memang ditakdirkan untuk menjadi pemimpin besar di Indonesia dari zaman dahulu, masa kini dan masa yang akan datang, namanya pasti akan selalu kita kenal, Bung Karno.” sambungnya.

Seputar kehidupan Soekarno dipaparkan secara rinci oleh Febby, sementara para peserta hidmat memperhatikannya.

“Saya berpesan, mari semuanya kita tingkatkan persaudaraan, ciptakan persatuan dimanapun kita berada, tetap junjung toleransi, mari selalu kita nyalakan nilai-nilai Soekarno yaitu trisakti, Merdeka! Merdeka! Merdeka!” kata Febby dengan penuh semangat.

Kemudian, acara diselingi kembali oleh penampilan musik oleh musisi balada Trisno Yuwono dan lantunan suara vokalis Annisa Resmana.

Di tengah iringan musik, partisipan seni, Rifal ‘Buluk’, memberikan cinderamata berupa cat warna kepada semua peserta. Cat warna ini digunakan untuk merespons acara, baik dalam bentuk kesan, pesan, ataupun pendapat mengenai sejarah dan permasalahan yang ada di Indonesia. Para peserta dapat mengekspresikan respons mereka dengan menggambar atau menulis dengan kuas di atas kanvas yang telah disediakan.

Sosok Soekarno sebagai Seniman

Memasuki tengah acara, ketua pelaksana mengajak para peserta untuk berdiskusi mengenai sosok Soekarno sebagai seorang seniman.

“Soekarno memang dilahirkan dengan perpaduan antara darah Jawa dengan Bali. Beberapa data mengatakan bahwa, Soekarno mencintai seni itu berasal dari darah ibunya, yakni darah orang bali. Dan memang bisa kita lihat, bahwa orang bali hidupnya tak terpisah dari seni,” tutur Febby menanggapi.

Menyikapi pernyataan Febby, Samuel menuturkan, dirinya tertarik kepada sosok Soekarno ketika menulis naskah drama.

“Ternyata tidak ada teks naskah yang dicetak/ditulis. Saat pementasan drama, mereka berdialog secara bebas, kemudian Soekarno terus mengingat-ingat dialog dan alur drama tersebut. Hingga di pengasingan, beliau baru membuat naskahnya,” tuturnya.

“Dengan kondisi yang sedemikan terbatas, yang saya kagumi dari Bung Karno adalah spiritnya baik itu dalam bentuk berkesenian ataupun spiritnya yang tidak pernah berhenti walupun dalam ruang yang begitu sempit,” tambah Samuel.

Rifal ‘Buluk’ juga ikut menyampaikan pendapatnya mengenai Soekarno sebagai seorang seniman ini.

“Saya sepakat dengan beliau yang tidak mau menjual lukisannya, karena sebenarnya bisa saja lukisan-lukisan beliau disebarluaskan atau ditiru, tapi, satu hal yang tidak bisa ditiru oleh siapapun, itu adalah prosesnya,” tuturnya.

Diskusi terus berlanjut dengan pikiran-pikiran dan pendapat-pendapat luar biasa dari para peserta. Semangat untuk berkontribusi dan berbagi pemikiran dalam acara ini sangat terasa, menciptakan suasana yang berenergi dan inspiratif.

Sebagai penutup diskusi, salah satu peserta menyampaikan harapannya untuk para anak muda dan para aktivis.

“Peran Soekarno sebagai penyambung lidah rakyat dapat dicontoh oleh anak muda di Indonesia saat ini, siapapun bisa menjadi penyambung lidah rakyat di bidangnya masing-masing untuk tetap menjaga kemerdekaan,” tuturnya

Acara diakhiri dengan penyampaian puisi karya Chairil Anwar yang berjudul ‘Persetujuan dengan Bung Karno’ oleh Samuel, dilanjut dengan Trisno yang tampil membawakan lagu berjudul ‘Jas Anti Korupsi’ sebagai penutup acara. (agni fristy)***