ARENA, NEWS  

Susi Susanti, Bidadari Lapangan Badminton dari Tasikmalaya

FOTO SPORT 6
Susi Susanti, peraih emas pertama Indonesia di arena Olimpiade, (Foto: AFP).

ZONALITERASI.ID – Susi Susanti sudah lama gantung raket namun bayangan akan kehebatannya tak lekang hingga saat ini.

Susi Susanti adalah sebuah sejarah. Ia adalah nama besar yang mengharumkan Indonesia. Melalui bulu tangkis, Susi meraih emas pertama Indonesia di arena Olimpiade.

Ya, final Olimpiade 1992 adalah puncak prestasi Susi. Saat pukulan Bang Soo-hyun keluar lapangan, tangan Susi Susanti mengepal. Ia mengucapkan syukur sambil matanya tetap menatap tajam lawan. Emas Olimpiade di tangan wanita asal Tasikmalaya, Jawa Barat itu.

Perlahan senyum Susi baru mulai mengembang. Ia mulai melepaskan dan meninggalkan ketegangan. Final ini adalah final bersejarah, karena Indonesia punya kesempatan terbaik untuk meraih emas pertama dalam Olimpiade.

Kombinasi air mata Susi, Merah-Putih yang berkibar, dan lagu Indonesia Raya yang berkumandang adalah salah satu peristiwa terbaik dalam sejarah Indonesia sebagai sebuah negara.

Dilansir dari cnnindonesia.com, selain emas Olimpiade 1992, sederet gelar bergengsi yang dimenangkan Susi Susanti seperti Kejuaraan Dunia, Piala Dunia, dan All England membuatnya berdiri sebagai salah satu atlet terbaik yang pernah ada, baik di sejarah olahraga Indonesia maupun dunia.

Susi adalah penjelmaan bidadari di lapangan badminton. Ia bisa menari dengan gemulai ke tiap sudut lapangan. Footwork-nya yang lincah dan efektif membuat Susi dengan mudah menjangkau tiap sudut lapangan.

Melihat beberapa pertandingan Susi, banyak hal yang menggambarkan karakteristik dirinya. Mulai dari gaya servis yang khas hingga kelenturan tubuh yang membuatnya bisa melakukan pukulan overhead dan juga split di lapangan dengan mudah.

Servis bagi Susi bukan perkara sekadar permulaan permainan. Bagi Susi Susanti, servis adalah titik awal serangan.

Susi selalu menatap tajam shuttlecock sebelum kemudian melepaskan pukulan yang membuat shuttlecock melayang tinggi ke udara. Bagi Susi, servis tak boleh sekadarnya karena itu berarti membiarkan lawan mengontrol pertandingan.

Susi tak sepenuhnya perwujudan sebuah bakat alami. Ada kerja keras tanpa henti dan konsistensi yang dilakukan Susi Susanti, sejak usia dini hingga ia berdiri di podium tertinggi.

Susi lebih dulu mengenal latihan footwork dibanding teknik memukul. Selain itu, keikutsertaan Susi Susanti di senam dan balet ikut membantu kakinya bergerak lincah di lapangan hijau.

Demi mewujudkan pergelangan tangan yang kuat dan bertenaga, Susi berlatih dengan botol. Ia juga terus menambah feeling pukulan dengan shadow training di depan kaca tanpa menggunakan shuttlecock. Hal tersebut membuat feeling Susi makin terasah kuat.

Kerja keras tanpa henti ditambah mental kuat sebagai pemenang membuat nama Susi selalu bisa diandalkan dan sering mengantongi kemenangan demi kemenangan. (dede suherlan)***