ZONALITERASI.ID – Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Muhammad Syarif Bando, mengatakan, tingkat kegemaran membaca masyarakat Indonesia masuk kategori sedang.
Hasil kajian yang dilakukan Perpusnas pada 2020 mencatat, tingkat kegemaran membaca masyarakat Indonesia sebesar 55,74 persen dan 2019 sebesar 53,84.
Selanjutnya, frekuensi membaca 4 kali/pekan, durasi membaca satu jam 36 menit/hari, jumlah dua buku/kuartal.
“Pada 2022 nilai kegemaran membaca masyarakat ditargetkan mencapai 63,3 dengan indeks pembangunan literasi masyarakat 13. Adapun target pada 2024 sebesar 71,3 persen dan nilai indeks pembangunan literasi masyarakat pada 2024 mencapai 15,” kata Syarif, dalam keterangan resmi dari Perpusnas.
Menurutnya, masih sedangnya tingkat kegemaran membaca masyarakat Indonesia disebabkan kemampuan akses informasi terkait teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang rendah, kurangnya ketersediaan dan akses terhadap informasi yang berkualitas, serta ketidakmampuan untuk mendapatkan informasi yang relevan.
“Peningkatan akses informasi, penguatan infrastruktur informasi, dan penguatan konteks informasi bagi individu merupakan solusi yang bisa dilakukan. Sehingga, mampu menghasilkan keadilan informasi dan peningkatan literasi yang berdampak pada kesejahteraan,” ujarnya.
Syarif menuturkan, kebijakan dan sinkronisasi pengembangan perpustakaan pusat dan daerah diperlukan untuk mewujudkan pembangunan literasi dan kegemaran membaca masyarakat.
Seluruh insan perpustakaan di Tanah Air, lanjutnya, harus menguatkan perannya dalam mentransfer pengetahuan. Adapun peran perpustakaan dalam transfer pengetahuan untuk meningkatkan budaya literasi sekaligus pemulihan ekonomi nasional.
“Konsolidasi dan koordinasi antarpemangku kepentingan bidang perpustakaan secara intens dilakukan, sehingga perpustakaan sebagai leading sector dalam peningkatan literasi, inovasi, dan kreativitas bisa mewujudkan masyarakat berpengetahuan dan berkarakter,” ujarnya.
Kunci Daya Saing
Syarif mengungkapkan, literasi merupakan kedalaman pengetahuan seseorang terhadap suatu subjek ilmu pengetahuan yang menjadi kunci utama untuk berdaya saing.
“Saat ini tugas Perpusnas untuk memastikan sisi hulu berperan optimal dan berfungsi baik sekaligus memastikan kebutuhan bahan bacaan bagi 270 juta penduduk terpenuhi,” .
Ditambahkannya, ada empat tingkatan literasi yakni pertama, kemampuan mengumpulkan sumber-sumber bahan bacaan. Kedua, kemampuan memahami apa yang tersirat dari yang tersurat.
Ketiga, kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan baru, teori baru, dan kreativitas serta inovasi baru hingga memiliki kemampuan menganalisis informasi dan menulis buku. Keempat, kemampuan menciptakan barang atau jasa yang bermutu yang bisa dipakai dalam kompetisi global. (ysu)***