TMBB Gelorakan Semangat Literasi di Masa Pandemi

FOTO LITERASI 45
(Foto: Endang Wahyu Widiasari)

Oleh Endang Wahyu Widiasari

“TIDAK dapat dipungkiri lagi buku adalah jendela dunia dan membaca adalah kuncinya.”

Slogan seperti itu sangat mudah ditemui, ini menunjukan betapa pentingnya membaca buku, dengan banyak menbaca akan mendatangkan manfaat yang luar biasa.

Dari hasil pencarian di internet, saya dapat rangkum kalau membaca buku itu mendatangkan manfaat di antaranya: dapat menstimulasi mental, dapat mengurangi stress, menambah wawasan dan pengetahuan, dapat menambah kosakata, dapat meningkatkan kualitas memori, melatih ketrampilan untuk berpikir dan menganalisa, dapat meningkatkan fokus dan konsentrasi, melatih untuk dapat menulis dengan baik, dapat memperluas pemikiran seseorang, dapat meningkatkan hubungan sosial, dapat membantu mencegah penurunan fungsi kognitif, dapat meningkatkan empati seseorang, dapat mendorong tujuan hidup seseorang, dapat membantu kita untuk terhubung dengan dunia luar.

Ternyata banyak sekali manfaat dari membaca buku, akan tetapi sering juga saya baca slogan “Buku adalah jendela dunia kau tau namun kau tak mau.” Kenyataannya memang seperti itu, kita tahu bahwa begitu banyak manfaat dari membaca namun kita enggan untuk melakukannya.

Tentunya akan terdapat perbedaan antara orang-orang yang banyak membaca dengan yang tidak. Bukankah Allah akan meninggikan orang-orang yang berilmu beberapa derajat.

Seperti yang tertulis dalam Al-Qur’an Surat Al Mujaadilah: 11 yang artinya: Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Bahkan ayat pertama yang diturunkan oleh Allah adalah Pentingnya membaca untuk meningkatkan derajat hidup, sehingga dengannya Allah swt akan meninggikannya beberapa derajat.

Surat Al ‘Alaq menerangkan bahwa Allah menciptakan manusia dari benda yang hina kemudian memuliakannya dengan mengajar membaca, menulis, dan memberinya pengetahuan.

Prof M. Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul Wawasan Al-Quran menegaskan bahwa perintah membaca adalah sesuatu yang paling berharga yang pernah dan bisa diberikan untuk umat manusia. “Membaca” dalam berbagai makna yang terkandung di dalamnya merupakan syarat pertama dan utama bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekaligus membangun peradaban. Sejarah membuktikan bahwa peradaban-peradaban yang berhasil eksis dan tahan lama, justru diawali dari sebuah kitab (bacaan).

Untuk membudayakan kebiasaan membaca di sekolah, melalui Permendikbud Nomor 23 tahun 2015, tentang penumbuhan budi pekerti, salah satunya melalui kegiatan literasi. semua warga sekolah didorong untuk membaca buku, seperti membaca 15 menit sebelum belajar dimulai, kegiatan membaca buku bersama seluruh warga sekolah di ruangan terbuka dan kegiatan reviu buku juga mempresentasi buku yang sudah dibaca selain itu seluruh warga sekolah didorong untuk menulis.

Namun sayang kegiatan literasi yang sudah mulai menampakan hasil harus terhenti karena pandemi Covid-19 yang tidak tahu kapan akan berakhirnya. Bencana Covid-19 telah memporakporandakan tatanan kehidupan yang kita bangun, tak terkecuali dunia pendidikan.

Sebenarnya ada banyak alternatif yang bisa dilakukan misalnya dengan memanfaatkan buku-buku digital. Namun dengan alasan tidak semua siswa memiliki gawai dan kuota internet, selain itu juga ketersedian jaringan internet yang belum bisa diakses ini mengakibatkan sulitnya untuk mengakses buku-buku digital. Dan, keterbatasan kepemilikan buku bahan bacaan di rumah juga keterbatasan bimbingan orang tua menyebabkan kegiatan literasi terhenti.

Semua permasalahna di atas harus dicarikan solusinya, apalagi kita tidak tahu kapan pandemi akan berakhir, ada langkah-langkah kecil yang bisa dilakukan untuk membangkitkan literasi di masa pandemi misalnya dengan melakukan kegiatan: 1) memberikan kesempatan kepada orang tua siswa untuk meminjam buku ke sekolah untuk dibaca oleh siswa dan seluruh anggota keluarga di setiap hari kerja tentunya dengan protokol Covid-19, 2) melalui PJJ anak-anak diarahkan untuk membaca buku bacaan non-pelajaran dan dibuatkan reviu bukunya sebagai bukti telah membaca buku sampai selesai, 3) bisa juga dilakukan kegiatan membaca buku bersama selama 15 menit di rumah masing-masing dengan dipandu oleh guru bidang studi yang masuk pada jam pertama dalam kegiatan PJJ kemudian siswa mengirimkan foto-foto kegiatan lewat group WA Kelas atau media lain yang digunakan.

Untuk mendorong dan mengasah kemampuan siswa menulis bisa dilakukan penugasan secara kolaborasi dengan beberapa mapel untuk membuat tugas yang berhubungan dengan KD yang terintegrasi mata pelajaran. Tugasnya bisa berupa karya tulis, penugasan dengan terintegrasi KD antarmapel. Itu selain memudahkan guru dalam pemberian tugas juga mengurangi beban siswa dalam pengerjaan tugas. Upaya-upaya kecil tersebut diharapkan dapat menumbuhkan kembali budaya literasi yang sebelum pandemi mulai menampakan hasilnya.

Untuk menumbuhkan budaya literasi di Kabupaten Bandung Barat ada program yang dinamakan TMBB (Tantangan Membaca Bandung Barat), kegiatan TMBB sudah memasuki tahun ke 3, akan tetapi sempat terhenti karena pandemi covid 19, dan terhitung mulai bulan September di buka kembali.

Kegiatan tantangan membaca ini bertujuan untuk menumbuhkan dan membangun budaya literasi sekolah meningkatkan motivasi dan kemampuan literasi para peserta (Siswa/Guru/KS) melalui kegiatan membaca, mereviu, mendiskusikan dan menulis, dengan tema yang diangkat melalui TMBB era new normal kita tingkatkan kemampuan membaca dan menulis menuju Bandung Barat Literat.

Bentuk kegiatan yang dilakukannya adalah mereviu buku, membuat karya tulis, vidio presentasi dari buku yang sudah dibaca, dan membuat buku ber-ISBN atau draf terdaftar hasil karya siswa, guru kepala sekolah, atau komite sekolah. Sebagai bukti telah membaca buku foto-foto hasil reviu di unggah ke FB yang sudah ditentukan sebelumnya.

Kegiatan tantangan membaca di masa pandemi ini diharapkan dapat menggelorakan kembali semangat literasi yang sudah mulai tumbuh namun di masa pandemi sempat terhenti, sehingga akan melahirkan generasi-generasi literat yang berbudi dan berakhlak mulia.***

Penulis mengajar di SMPN 4 Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat.