Untung Pakai Masker, Mikir!

FOTO ARTIKEL 5
Suryatno Suharma, (Foto: Dok. Pribadi).

Oleh Suryatno Suharma

SELAMAT pagi.

Semoga semua handaitaulan, rekan, tetangga, sehat!

Kita ada di ujung bulan ini masih dalam suasana pandemi.
Ingat, jaga jarak, cuci tangan, pakai masker, hindari, kerumunan, atur pola makan, dan olahraga!

Kawan, ingat betul keluhan demi keluhan selama masa korona ini. Kurang bebas bergerak. Pergaulan via jaringan. Belanja online, dan hampir tiap saat ada rasa ragu, takut, kecewa, optimis, dan galau.

Sering berbincang soal korona yang kita anggap mengganggu dan membuat tak nyaman. Tapi tak sedikit orang ketiban rejeki karenanya.

Ya, ada hikmah di balik semua ini. Korona ya korona namun roda kehidupan harus terus bergulir seiring proses menuju tujuan, bukan?

Aku bayangkan bila korona berlangsung 4 tahun.

Hujan gerimis asyik menulis. Seisi ruang batin penuh rasa dan pengalaman. Bahagia meniti sendi rasa dalam keindahan zaman. Pandemi membawaku ke alam sadar untuk terus mengernyitkan dahi. Berpikir bukan harus keras, tapi logis saja. Ringan dan masuk akal.

Menulis adalah ujud bahagiaku selama pagi, siang, dan malam. Hingga menjelang pagi lagi terus saja menorehkan tinta. Kadang lupa makan atau minum hanya karena isi kalbu.

Kemarin ribut akibat Bandung berkabut. Hujan, banjir, longsor. Katanya banyak akses jalan terpaksa ditutup. Sudah gang diportal, malah jalan raya tertutup longsoran dan pohon tumbang. Untung kita masih pakai masker. Selamatlah dari tulang dan denda.

Mikir!

Mahasiswi cantik yang kerja di rumah makin sibuk dengan urusan keponakannya yang belajar daring. Soal ekonomi belum beranjak.

Eh, keluhan pula.

Tadi malam cerah. Rembulan indah di atas kota. Semburat cahaya sendu mengingatkan pada aroma asmara kala kita baca surat di asrama. Dulu, zaman kantor Pos melayani cinta jarak jauh. Dan, sore ini ramai cerita indah dan eloknya rembulan.

Sejenak lupa gang sempit. Lupa pula banjir dan tanah longsor. Wah, semakin asyik menuliskan kata. Sama seperti kalian di sana yang tak tinggalkan masker.

Mana mentari? Mana Rembulan?

Ya…***

Penulis pegiat literasi di Nyingkir, Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Respon (139)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *