ZONALITERASI.ID – Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menggelar pengukuhan 16 Guru Besar pada Selasa- Rabu, 3 – 4 Desember 2024. Kegiatan berlangsung di Gedung Achmad Sanusi UPI, Jalan Dr. Setiabudhi 229 Bandung.
Guru Besar UPI yang dikukuhkan pada pengukuhan Guru Besar UPI sesi pertama (Selasa, 3 Desember 2024), yaitu Prof. Dr. Phil. Yudi Sukmayadi, M.Pd; Prof. Dr. Trianti Nugraheni, S.Sen., M.Si; Prof. Dr. Yeti Mulyati, M.Pd.; Prof. Dr. Isah Cahyani, M.Pd.; Prof. Dr. Retty Isnendes, M.Hum.; Prof. Nuria Haristiani, M.Ed., Ph.D.; Prof. Dr. Ikaputera Waspada, M.M.; dan Prof. Dr. Budi Santoso, M.Si..
Lalu, Guru Besar UPI yang dikukuhkan pada pengukuhan Guru Besar UPI sesi kedua (Rabu, 4 Desember 2024), yaitu Prof. Dr. Mumu Komaro, M.T.; Prof. Dr. R. Aam Hamdani, M.T.; Prof. Dr. Tuti Suartini, M.Pd.; Prof. Dr. Isma Widiaty, S.Pd.; M.Pd.; Prof. Dr. Amay Suherman, M.Pd.; Prof. Dr. Neti Budiwati, M.Si.; Prof. Dr. A. Jajang Warya, M.Si.; dan Prof. Dr. Ikin Solikin, S.E., Ak., M.Si..
Menyikapi pengukuhan Guru Besar ini, Rektor UPI, Prof. Dr. M. Solehuddin, M.A., M.Pd., mengungkapkan, berbagai karya dan pemikiran para Guru Besar yang dikukuhkan agar dapat diterjemahkan dalam karya nyata.
“Saya pun berharap Guru Besar dapat membina generasi muda untuk melahirkan Guru Besar yang baru,” kata Rektor saat menyampaikan pidato pengukuhan Guru Besar.
Ketua Dewan Guru Besar UPI, Prof. Dr. H. Didi Suryadi, M.Ed. melihat dua hal yang menginspirasi pada pengukuhan Guru Besar ini.
Pertama, jabatan Guru Besar merupakan level yang tidak mudah untuk dicapai oleh semua dosen serta memerlukan konsistensi, kesabaran, dan kerja keras.
Kedua, yang disampaikan Guru Besar merupakan keilmuan atau pengetahuan yang sangat spesifik.
Selanjutnya Prof. Didi menuturkan, para Guru Besar harus mencapai pengetahuan melalui proses perceptual beliefs dengan melakukan kajian terhadap aspek empiris.
“Guru Besar harus membentuk keyakinan memoriale beliefs melalui proses inferensi yang melibatkan pandangan epistemic internalism sekaligus epistemic ekternalism melalui proses reflektif yang pada akhirnya sampai pada tingkat keyakinan yang bersifat introspektif. Selain itu, para Guru Besar juga harus menghasilkan proposisi-proposisi baru dalam bentuk pengetahuan baru melalui depersonalisasi dan dekontekstualisasi,” terangnya.
Tetap Berpandangan Skeptis dalam Menghadapi Dunia
Prof. Didi mendorong para Guru Besar untuk tetap berpandangan skeptis dalam menghadapi dunia, agar mampu menghasilkan pengetahuan baru.
“Guru Besar harus berani mengambil sikap memposisikan menghadapi tantangan melalui pandangan radical skepticism terhadap dunia ini agar dapat memungkinkan kita menghasilkan terobosan baru. Kita perlu bekerja sama dengan orang lain secara multidisiplin dan transdisipliner. Dengan cara seperti itu kita akan mampu mengungkap rahasia dunia ini,” ucapnya.
Prof. Didi berharap agar para Guru Besar konsisten dan bersemangat dalam menghasilkan pengetahuan baru serta menghasilkan terobosan baru yang berdampak pada masyarakat secara luas.
“Guru Besar juga diharapkan dapat berkontribusi dalam menciptakan dan mencapai tujuan etik pengetahun yaitu dalam menghasilkan keserasian dan kesalarasan dalam hidup agar hidup menjadi damai. Semoga para Guru Besar bisa berkontribusi dalam mencapai tujuan sosial pengetahuan. Melalui cara mencapai ilmu pengetahuan seperti itu dapat membantu manusia di dalam mencapai kesejahteraan hidup yang lebih baik,” katanya. (des)***