UPI Wisuda 2.157 Lulusan, Rektor: Saatnya Guru Melek Literasi Digital

5 17
UPI menggelar 'Wisuda Gelombang II Tahun 2023 Program Diploma, Sarjana, Magister, dan Doktor', di Gedung Gymnasium UPI, Jalan Dr. Setiabudhi 229 Bandung, Rabu, 21 Juni 2023, (Foto: Dede Suherlan/Zonaliterasi.id).

ZONALITERASI.ID – Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menggelar ‘Wisuda Gelombang II Tahun 2023 Program Diploma, Sarjana, Magister, dan Doktor’, di Gedung Gymnasium UPI, Jalan Dr. Setiabudhi 229 Bandung, Rabu, 21 Juni 2023. Dalam kesempatan itu sebanyak 2.157 lulusan mengikuti prosesi wisuda.

Rektor UPI, Prof. Dr. H. M. Solehuddin, M.Pd., M.A., menyebutkan, dari 2.157 lulusan yang diwisuda pada Gelombang II ini terdapat 3 orang lulusan dengan IPK tertinggi berdasarkan jenjang (S1, S2, dan S3) dan 19 orang lulusan terbaik dari Fakultas/SPs/ Kampus UPI di Daerah berdasarkan kriteria yang ditetapkan.

Untuk lulusan dengan IPK tertinggi berdasarkan jenjang yaitu Amalina Zyamziah Ghani, mahasiswa S1 Prodi Pendidikan Tata Boga FPTK, dengan IPK 3,98; Tati Haryati mahasiswa S2 Prodi Pendidikan Agama Islam FPIPS, dengan IPK 4,00; dan Asep Sumpena mahasiswa S2 Pendidikan Olahraga-SPs, dengan IPK 4,00.

“Atas nama pimpinan universitas, kepada para lulusan terbaik saya menyampaikan selamat dan penghargaan yang tidak terhingga. Semoga prestasi yang telah diraih dapat menjadi bekal dan motivasi untuk melakukan pengabdian dan karier di masyarakat. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh dosen dan tenaga kependidikan yang telah memberikan pelayanan akademik dan bimbingan sehingga para wisudawan dapat menyelesaikan studinya dengan sukses,” kata Rektor.

“Kesuksesan kalian menjadi modal untuk memulai fase baru dalam kehidupan anda. Diharapkan, agar para lulusan dapat mengimplementasikan ilmu yang telah didapat serta memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat, negara, dan bangsa,” sambungnya.

Kolaborasi Lintas-disiplin

Pada kesempatan sama Rektor mengungkapkan, di dalam perkembangan teknologi, di era Industri 4.0, tidaklah cukup hanya dengan menguatkan spesialisasi akademik, tetapi perlu membangun kolaborasi lintas-disiplin agar mampu mengantisipasi perubahan, termasuk disrupsi pasar kerja akibat proses digitalisasi di berbagai bidang kehidupan.

“Guru harus menekankan pada pentingnya pengembangan cara berpikir transdisipliner seperti kreativitas, pemecahan masalah, dan adaptabilitas. Sejalan dengan itu, guru harus mengatasi beberapa implikasi etika dan sosial agar dapat membimbing siswa memahami penggunaan teknologi secara etis, privasi data, komunikasi digital, serta dampak potensial otomatisasi di berbagai bidang. Para guru memainkan peran penting membentuk perilaku digital yang bertanggung jawab dan etis di kalangan siswa,” ujarnya.

Menurut Rektor, perubahan eksponensial yang terlahir di era perubahan cepat ini menghadirkan beberapa tantangan penting bagi pendidikan guru. Tantangannya adalah bagaimana para guru mengembangkan literasi digital (memupuk keterampilan dan kefasihan digital), adaptasi kurikulum, pengembangan profesional berkelanjutan, mengatasi pertimbangan etika dan sosial, serta mempromosikan keadilan, dan aksesibilitas.

“Selain mengatasi berbagai tantangan tersebut, para pendidik harus mampu mempersiapkan diri bukan hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai pembelajar yang memiliki pengetahuan dan kecakapan keterampilan terkini dalam lanskap digital yang terus berubah dengan cepat. Para pendidik harus siap untuk merancang dan menerapkan praktik pembelajaran yang inovatif dalam rangka mempersiapkan para siswa menghadapi tuntutan era digitalisasi yang masif,” imbuhnya.

Rektor menambahkan, era digitalisasi yang ditandai dengan perubahan cepat ini membutuhkan adaptasi kurikulum secara terus-menerus agar dapat menyesuaikan dengan kebutuhan yang berubah di dunia kerja. Guru harus meremajakan pengetahuan, konten dan strategi pembelajaran serta mengadaptasikannya dengan disiplin baru yang muncul, seperti data science, coding system, cyber security, serta learning platform terbaru sesuai dengan teknologi yang terus berubah.

Dikatakannya, diperlukan pembinaan profesional berkelanjutan bagi para pendidik. Mereka perlu akses ke program pelatihan, lokakarya, dan sumberdaya yang relevan untuk meningkatkan pemahaman tentang teknologi baru yang terus bermunculan dalam praktik pedagogis di era Revolusi Industri 4.0. Kolaborasi antara pendidik dengan peneliti, eksekutor dan profesional industri sangatlah penting agar tercipta suasana sharing the best practices di antara mereka.

“Guru harus mengatasi kesenjangan digital, untuk menjembataninya, berikan kesempatan yang sama bagi semua siswa untuk mengembangkan digital skills yang diperlukan,” pungkas Rektor. (dede suherlan)***