Webinar Persib – SBM ITB: Era Industri, Olahraga tak Sekadar Adu Otot

Ilustrasi Foto Liputan6.com .
Ilustrasi, (Foto: Liputan6.com).

ZONALITERASI.ID – Vice President of Partnership and Activation Persib, Gabriella Witdarmono, mengatakan, industri olahraga sudah mendorong banyak perubahan di masyarakat. Awalnya, aktivitas olahraga hanya untuk mengadu otot dan menonjolkan fisik. Namun kini berubah, di mana atlet sudah menjadi model bagi masyarakat.

“Seperti yang kekinian adalah endorsement. Cara orang mengonsumsi (produk) juga berbeda. Dulu mungkin hanya mengonsumsinya di lapangan. Kemudian ada di televisi. Ada penelitian yang menyebutkan saat ini 74 persen orang yang sedang menonton olahraga pasti memegang hp (gawai) untuk ada di sosial media,” kata Gabriella dalam acara webinar dengan tema “Experience-Based Economy : Sports as Business and Entertainment”, Sabtu (25/7/2020).

Acara itu digelar berkat kolaborasi PT Persib Bandung Bermartabat (PBB) dengan Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung (ITB).

Wanita yang akrab disapa Gebi ini menuturkan, kondisi tersebut membuat Persib memaksimalkan seluruh potensi yang dimiliki. Klub tidak hanya bergantung pada manfaat dari match day. Pihaknya meyakinkan kepada semua mitra bahwa pertandingan hanyalah salah satu manfaat. Aset lain seperti pemain dan akun sosial media dapat memberi manfaat lain di tengah situasi pendemi.

“Pertandingan hanya salah satu benefit dari partnership kami. Tetapi akses ke pemain, digital fans-nya kami punya. Itu pun benefit lain yang terus berjalan di saat pandemi,” imbuhnya.

Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB), Akhmad Hadian Lukita, mengakui, dampak Covid-19 terhadap industri sepakbola di tanah air sangat besar. Melihat potensi bisnis yang ada saat ini, PT LIB terus bergerak untuk berinovasi agar kompetisi Liga 1 yang akan dilanjutkan pada Oktober 2020 tetap menarik, meski tanpa kehadiran penonton di stadion.

“Pemain tetap butuh teriakan di stadion. Mungkin dengan adanya pengeras suara seperti liga di negara lain. Kemudian, kursi yang kosong harusnya membuat klub bisa mencari sponsor. Kalau awalnya kursi dari penonton, mungkin sekarang bisa diisi dengan spanduk sponsor,” papar Lukita. (des)***