Oleh Suryatno Suharma
ADA banyak metode pembelajaran. Guru biasa menggunakan cara apapun dalam mengajar di kelas atau di luar kelas. Teknis kegiatan pembelajaran umumnya menjadi penentu seriusnya siswa dalam belajar. Memilih teknik adalah ranah guru tentunya.
Kondisi normal seperti biasa tak menyulitkan siapapun. Yang penting ada motivasi dan niat untuk menggali ilmu. Namun tidak di masa korona ini.
Guru tak banyak variasi dalam mengajar, selain via online. Lalu orang tua yang kerepotan dibuatnya. Anak akan mencari cara terbaik, karena gurunya beralih. Kini, guru mereka adalah ayah dan ibu.
Masyarakat menjadi arena untuk pertemuan kelas. Misalnya, les privat menjadi tempat dan kegiatan belajar mengajar. Guru yang bertugas tak hanya orang tua, tapi kadang Bu RT dan Bu RW.
Tempat belajar itu beragam. Ada mushola, masjid, atau rumah orang tua siswa. Kelompok dibatasi umur dan jumlah. Nah, kreativitas seperti ini yang kini muncul. Terutama sekali bagi warga atau tokoh yang peduli dan berjiwa sosial tinggi. Memang menghadapi suasana masa Covid-19 harus lebih bijak dan inovatif.
Rumah belajar atau sanggar menjadi tumpuan harapan bagi orang tua yang memerlukan bantuan. Mudah bagi yang biasa seperti itu. Namun, begitulah, saat situasi baru datang, perlu adaptasi. Kita harus terbiasa dengan perkembangan yang ada.
Kiranya tepat bila kerja sama itu terwujud agar semua kalangan merasa terbantu. Kiat apapun sebagai upaya untuk kita saling membantu menggairahkan belajar anak-anak.
Semoga kebiasaan giat belajar di rumah tetap lancar walau era korona telah berakhir, misalnya.
Orang tua yang bijak selalu mencari cara terbaik agar anak tetap semangat.
Mari! ***
Penulis adalah alumni Jurusan Basa Sunda FPBS IKIP Bandung (UPI). Kini mengelola Yayasan Atikan Insan Basajan, Cihideung, Parongpong, Bandung Barat.