ALUN-ALUN Bandung, dengan Masjid Raya yang megah di tengahnya, menyimpan banyak kenangan bagi saya. Salah satu yang paling berkesan adalah pertemuan tak terduga dengan Pak Teddi Muhtadin, guru bahasa Sunda saya di SMA, di lapak koran depan masjid.
Kala masih kuliah di ISBI saya selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi lapak koran tersebut. Tujuan saya bukan untuk membeli koran, melainkan untuk mencari buku-buku atau majalah lawas. Saya suka sekali menghabiskan waktu berjam-jam duduk di sana, membongkar-bongkar tumpukan majalah dan buku, mencari harta karun tersembunyi berupa cerita-cerita menarik dari masa lampau.
Suatu hari, saat saya tengah asyik menyelami majalah Mangle, sebuah tangan tiba-tiba muncul dari samping, hendak mengambil majalah yang sama. Spontan, saya pun refleks memegang majalah itu erat-erat. Ketika saya menoleh ke samping, betapa terkejutnya saya saat melihat wajah yang tak asing lagi: Pak Teddi Muhtadin, guru bahasa Sunda saya.
Kami berdua tertawa kecil, menyadari situasi yang lucu ini. Pak Teddi kemudian duduk di samping saya dan kami pun berbincang-bincang. Beliau menanyakan tentang kesukaan saya membaca buku dan majalah lawas, dan saya pun menceritakannya dengan penuh semangat. Pak Teddi terlihat senang mendengarkan cerita saya, dan beliau pun memberi semangat. Untuk terus menulis.
Pertemuan singkat di lapak koran itu meninggalkan kesan yang mendalam bagi saya. Pak Teddi tidak hanya seorang guru yang luar biasa di kelas, tetapi juga seorang pribadi yang hangat dan rendah hati. Beliau telah menginspirasi saya untuk terus mencintai bahasa Sunda dan budaya Sunda.
Pertemuan ini pun mengingatkan saya pada sebuah cerita dalam buku karya Ajip Rosidi, di mana sang penulis bertemu dengan si Ama, seorang ulama besar dan penulis buku yang terkenal. Pertemuan mereka terjadi di sebuah lapak buku, dan dari situlah terjalin persahabatan yang erat dan penuh makna.
Bagi saya, lapak koran Alun-alun bukan hanya tempat untuk mencari buku-buku lawas, tetapi juga tempat untuk menemukan kenangan dan inspirasi. Pertemuan tak terduga dengan Pak Teddi di sana menjadi salah satu bukti bahwa momen-momen kecil dalam hidup dapat meninggalkan jejak yang begitu besar dalam hati. ***
Didin Tulus, penggiat buku. Tinggal di Cimahi.