ZONALITERASI.ID – Rektor Universitas Pendidikan Indonesisa (UPI), Prof. Dr. H. Rd. Asep Kadarohman, M.Si., melantik 862 wisudawan yang berasal dari semua jenjang, Selasa (9/7/2019).
Dari jumlah itu, sebanyak 45 orang dari jenjang D3, 673 orang dari jenjang S1, 112 dari jenjang S2, dan 28 orang dari jenjang S3.
Wisudawan terbaik dari jenjang S1 diraih oleh Nandia Shindi Wuryastuti dari Pendidikan Masyarakat (IPK 3,90), Nur Asifin Pendidikan Kewarganegaraan (IPK 3,95), Witria Diah Sari dari Pendidikan Bahasa Jepang (IPK 3,72), dan Hena Ferlina dari Pendidikan Tata Boga (IPK 3,85). Selain itu, ada Ersha Ady Nickytha dari Ilmu Keolahragaan (IPK 3,87), Dedeh Hayati dari Akuntansi (IPK 3,94), dan Fathi Fauziah Amatulloh dari Pendidikan Seni Musik (IPK 3,78).
Sementara lulusan terbaik jenjang S2 diraih oleh Gatot Supriyanto dari Pendidikan dan Teknologi Kejuruan (IPK 3,98). Sedangkan, lulusan terbaik jenjang S3 diraih oleh Wawan Darmawan dari Pendidikan Sejarah dengan IPK sempurna 4,00.
Rektor UPI, Prof. Dr. H. Rd. Asep Kadarohman, M.Si., didampingi Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaa UPI, Dr. H. M. Solehuddin, M.Pd., mengatakan, di tengah perubahan zaman ini,lulusan UPI tidak sekadar berpikir linier dalam menghadapi tuntutan zaman yang kompleks dan dinamis.
“Lulusan UPI diharapkan dapat berkreasi, menyesuaikan diri dengan tuntutan lapangan. Kami berharap lulusan punya kekampuan adaptasi. Ataupun pun bisa menjadi wirausahawan yang bisa menjadi harapan masyarakat,” katanya.
Menyinggung masa studi mahasiswa UPI, Asep menyebutkan, saat ini, mahasiswa jenjang sarjana rata-rata menempuh waktu sekitar empat tahun lebih empat bulan. Agar menjadi sarjana, mahasiswa harus menyelesaikan 144 SKS. Selain itu, mereka juga harus menyelesaikan skripsi dan wajib mengikuti KKN.
“Meski pendidikan S1 diberi waktu hingga tujuh tahun, tapi diharapkan studi mahasiswa rampung selama empat tahun. Sekarang, makin cepat masa studinya, rata-rata empat tahun lebih sedikit. Sekitar 4,3 atau 4,4, ini sudah bagus,” katanya.
Dikatakannya, peningkatan ini bisa terwujud, salah satunya karena UPI menyelenggarakan semester pendek pada jeda waktu libur dari semester genap ke ganjil.
Semester pendek itu, jelasnya, ditawarkan di semua fakultas, namun bergantung pada peminat mata kuliah itu. Artinya, fakultas tidak mewajibkan mahasiswa mengikuti semester pendek. Jika mahasiswa berminat, maka semester pendek bisa dilaksanakan.
“UPI sempat akan memberhentikan sementara penyelenggaraan semester pendek karena UPI tengah dalam proses perbaikan kurikulum. Namun, rencana itu justru mendapat reaksi dari mahasiswa karena peminat semester pendek cukup tinggi,” ujarnya.
“Akhirnya universitas memutuskan untuk melanjutkan kembali program ini. Setelah dilihat ternyata tidak mengganggu perubahan kurikulum,” terang Asep. (des)***