ZONALITERASI.ID – Sebanyak 721 lulusan Universitas Widyatama (UTama) mengikuti “Wisuda Gelombang I Tahun Akademik 2021/2022”, di Gedung Serba Guna (GSG) UTama, Kota Bandung, Sabtu (4/12/2021).
Wisudawan yang dilantik berasal dari jenjang Diploma, Strata 1 (S1), Pascasarjana (S2), dan Profesi.
Untuk pertama kalinya selama masa pandemi Covid-19 wisuda digelar secara tatap muka atau hybrid. Selain dilaksanakan secara tatap muka, wisuda juga diselenggarakan secara online karena masih masa pandemi.
Adapun lulusan UTama yang mengikuti wisuda tatap muka sebanyak 250 peserta. Sementara 500 lulusan mengikuti wisuda secara daring.
Rektor UTama, Prof. Obsatar Sinaga, mengungkapkan, pihaknya melaksanakan wisuda tatap muka itu sudah mendapatkan restu langsung dari Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.
Gubernur Jabar, lanjutnya, tidak mempermasalahkan wisuda hybrid sepanjang memperhatikan protokol kesehatan (prokes) yang baik.
“Kebetulan juga daerah kita sudah hijau statusnya, makanya kita coba dilangsungkan wisudanya secara hybrid. Prosesnya juga dilakukan dengan ketat sekali. Termasuk peserta yang luring harus membawa hasil tes PCR,” kata Prof. Obsatar.
Pada kegiatan wisuda hybrid ini ada dua peserta yang merupakan pasangan suami istri yakni, Kasatlantas Polrestabes Bandung AKBP M. Rano Hadiyanto dan Kepala Urusan SDM Polres Karawang Polda Jabar, Nisa Mardiana.
Di samping itu, wisuda diikuti mantan Bupati Purwakarta yang sekarang menjadi anggota DPR RI, Dedi Mulyadi.
“Banyak pejabat yang berkuliah di Universitas Widyatama, sebagai anggota DPR. Begitu juga dengan dosennya banyak juga yang anggota DPR. Di antaranya Ahmad Doli Kurnia, Nanon Deputi Sekretaris Kementerian Negara, dan lainnya,” ujarnya.
Menurut Prof. Obsatar, lulusan UTama memiliki masa tunggu maksimal tiga bulan diterima bekerja setelah lulus.
“Umumnya yang diwisuda di Widyatama sudah bekerja. Paling tinggal 15 persen yang menunggu masa panggilan bekerja. Saya juga sudah tanda tangani dengan 70 perusahaan dan industri. Rata-rata perusahaan yang telah melakukan kerjasama merekrut sekitar delapan orang lulusan kami,” tuturnya.
Ia menyebutkan, ada juga lulusan UTama yang tidak mau bekerja tetapi meneruskan usaha orang tuanya. Di samping itu tidak sedikit yang menjadi startup, seperti usaha cuci sepatu yang sekarang sudah memiliki cabang di 12 provinsi.
Selanjutnya Prof. Obsatar mengatakan, untuk perkuliahan tatap muka, pihaknya selama ini terus melakukan proses. Bahkan, saat ini sudah sekitar 30 persen proses perkuliahan dilaksanakan secara luring.
“Itupun prosesnya ketat sekali. Kita belum berani melakukan perkuliahan tatap muka secara 100 persen. Soalnya mahasiswa UTama datang dari mana-mana,” ujarnya.
“Kalau mahasiswa kami disuruh tes PCR tidak mau, karena biayanya mahal. Kami sedang berusaha minta bantuan Gubernur Jawa Barat mengizinkan untuk menggunakan tes genose tetapi sampai hari ini belum dapat alatnya, yang masih bisa dilakukan secara daring tetap dilakukan perkuliahan secara daring. Kalau yang tatap muka umumnya dari Fakultas Teknik,” sambungnya.
Salah satu peserta wisuda, mantan Bupati Purwakarta yang sekarang menjadi anggota DPR RI, Dedi Mulyadi mengatakan, dirinya sengaja kuliah S2 di UTama dengan berbagai pertimbangan. Di antaranya kemudahan akses dari tugasnya menyerap aspirasi dan mengabdi kepada masyarakat, khusus di daerah pemilihan Purwakarta, Bekasi, dan Karawang.
“Alasan kedua karena UTama ini sedang tumbuh dengan berbagai prestasinya. Kehadiran saya di sini diharapkan dapat memberikan supporting bagi calon mahasiswa baru, bahwa perguruan tinggi mampu melahirkan orang-orang yang bermutu,” terang Dedi.
Ia menambahkan, motivasi memilih jurusan Magister Manajemen sebagai solusi dari banyaknya problem tentang pengelolaan yang ada. Menurutnya, masih banyak masalah yang perlu di kelola dengan baik.
Ilmu yang diperoleh dapat difungsikan untuk memperbaiki pengelolaan politik di internal partai dan fungsi politik di kemasyarakatan, lalu pengelolaan media sosial sebagai media komunikasi kepada publik.
“Tugas saya di DPR RI membawahi bidang pertanian, perternakan, perikanan, lingkungan, dan kehutanan. Sehingga dari ilmu yang dimiliki dari kampus, menjadi modal untuk menunjang produktifitas yang tinggi dari tugas dan kewenangan saya di legislatif,” pungkasnya. (des)***