BERAWAL dari rasa gundah terhadap kerap tersebarluasnya daging yang tidak sehat di pasaran, mahasiswa Jurusan Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran (Unpad) berinisiatif untuk membuat video bertajuk Daging Aman, Sehat, Utuh, dan Halal (ASUH). Bagaimana kiprah mereka dalam menggarap video itu?
Kerap diberitakan di berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik, dalam razia yang dilakukan oleh dinas perdagangan di berbagai kota dan kabupaten ke berbagai pasar tradisional, ditemukan daging yang ditengarai tidak sehat diperjualbelikan secara bebas. Kondisi itu, menjadi fakta yang selalu terjadi berulang.
Berawal dari kenyataan itu, Aditia Indra (22), Sari Suryani (22), dan Jajat Zakaria (22), ketiganya mahasiswa semester VII Jurusan Peternakan, Fakultas Peternakan, Unpad, memutar otak. Kondisi yang membuat masyarakat was-was itu tak bisa dibiarkan terjadi terus-menerus. Harus ada langkah terobosan yang memberikan penerangan kepada masyarakat seputar daging sapi dan daging ayam yang layak untuk dikonsumsi.
“Kami bertiga berinisiatif untuk membuat video tentang Daging ASUH. Untuk memuluskan program ini, kami bekerjasama dengan Annisa, mahasiswa Jurusan Hubungan Masyarakat Fikom (Fakultas Ilmu Komunikasi) Unpad, yang akan menggarap hal-hal teknis yang berkaitan dengan pembuatan video,” kata salah satu penggagas pembuatan video Daging ASUH, Aditia Indra, kepada didikpos.com, di Kampus Unpad, baru-baru ini.
Menurut Indra, sapaan akrab mahasiswa ini, untuk menggulirkan program yang didanai oleh Direktorat Jenderal Pendikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan itu, tim pembuat video terjun ke beberapa pasar tradisional, seperti Pasar Tanjungsari, Kabupaten Sumedang dan Pasar Cileunyi, Kabupaten Bandung. Di dua lokasi itu, kata dia, di-shooting seputar daging sapi dan daging ayam yang sesuai dengan standar kesehatan.
Kata Indra, sebelum mendatangi pasar tradisional, mereka melihat proses pemotongan sapi dan ayam. Salah satu lokasi yang didatangi yaitu Rumah Potong Hewan (RPH) yang berlokasi di Tanjungsari.
“Melalui shooting yang dilakukan di lokasi-lokasi itu, kami ingin memberikan informasi kepada masyarakat tentang ciri-ciri daging yang sehat. Misalnya, masyarakat harus mengetahui bagaimana ciri-ciri daging sapi yang sehat dan daging sapi gelonggongan,” ujarnya.
Disebutkan dia, di samping ke pasar tradisional dan RPH, shooting juga dilakukan di laboratorium. Di tempat ini, bisa diketahui penelaahan secara ilmiah untuk mengetahui daging yang sehat.
“Dalam film dokumenter berdurasi satu jam ini, juga disertai narasi dan testimoni dari berbagai tokoh, seperti akademisi dan ulama. Dengan begitu, informasi yang disampaikan kepada masyarakat di-setting sangat lengkap,” tutur dia.
Indra menambahkan, untuk memuluskan penyosialisasian tentang daging sapi dan daging ayam sehat kepada masyakakat, juga dijalin kerjasama dengan Karang Taruna Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang.
“Melalui karang taruna, sebanyak 450 CD dibagikan kepada masyarakat. Kami ingin langkah kami yang dilakukan sebatas formalitas. Program ini harus dirasakan oleh masyarakat. Mereka harus mengetahui bagaimana yang disebut daging sehat,” imbuh Indra. (des)***