DI manapun seorang guru berada, dia harus memiliki karakter. Artinya, guru harus menjadi sosok yang inspiratif bagi setiap muridnya dan bermakna bagi masyarakat. Bukan hanya siswa yang dituntut memiliki karakter yang baik, sehingga pembuat kurikulum begitu repot mengharuskan tenaga pendidik menyisipkan istilah pendidikan karakter dalam administrasi mengajarnya.
Sebenarnya konsep pendidikan karakter tidak perlu repot disisipkan dalam administrasi mengajar tanpa pelaksanaan yang nyata. Sebab, konsep pendidikan karakter harus difahami guru sebelum dia memasuki gerbang sekolah. Hal Itu merupakan tugas pokok dan fungsi guru dalam proses pentransferan ilmu dan enkulturasi di sekolah.
Dalam filosofi masyarakat Jawa ada istilah Guru Ratu Wong Atua Karo. Posisi ketaatan seorang siswa kepada guru begitu tinggi, sehingga mendudukkan guru pada posisi teratas. Bagi sebagian kelompok yang memiliki tujuan untuk melakukan perubahan dalam bentuk yang keras, filosofi tersebut dipraktikkan dengan proses pembai’atan, sehingga mulai tampaklah infiltrasi pemahaman garis keras ke dalam tubuh seorang siswa di sekolah.
Pernah ada kasus, seorang siswa yang menuntut ilmu selain di sekolah formalnya. Ketika dia berinteraksi dengan teman sebayanya di sekolah, dia berusaha menggiring pikiran dan pemahaman teman-temannya tersebut ke arah proses disintegrasi dan separatisme dengan menghancurkan tatanan nasionalisme yang sudah ada. Hal itu menunjukkan begitu hebat pengaruh seorang guru dalam membentuk karakter seorang siswa.
Hubungan guru dengan siswa yang harmonis jangan sampai disalahartikan dengan interaksi berlebihan yang melanggar norma kesopanan dan kesusilaan. Bila hal tersebut dilakukan dan diketahui pimpinan, maka seharusnya teguran keras, skorsing hingga pencabutan status guru harus dilakukan bila memang kita menghendaki siswa berkarakter baik. Tidaklah mungkin siswa memiliki karakter yang baik bila guru yang mengajar, mendidik, dan melatihnya tidak memiliki karakter yang baik pula.
Saat ini siswa sangat membutuhkan guru yang inspiratif. Di saat negeri ini kehilangan sosok figur yang ideal, seharusnya guru di sekolah mampu menjadi seorang inspirator yang baik. Guru harus mampu menebarkan spirit progresif di sekolah dengan menjadikan siswa sebagai mitra untuk menggapai masa depan yang cemerlang.
Mendorong siswa untuk memiliki karakter yang baik serta berprestasi yang memuaskan memang bukan pekerjaan mudah. Sebelumnya siswa sudah melalui proses pembentukan karakter di rumah, di tingkatsekolah sebelumnya, serta di lingkungan masyarakat. Namun tidaklah mustahil, siswa yang kita bimbing sekarang ini akan memiliki karakter dan keterampilan yang lebih baik lagi, bila semua elemen pendidik memiliki visi dan misi yang sama. Yang jelas, guru harus mampu digugu dan ditiru!***
Yati Mulyawati, pernah mengajar di SMKN 1 Padaherang, Kabupaten Pangandaran dan kini mengajar di SMAN 1 Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya.