ZONALITERASI.ID – Galeri A Sanggar Olah Seni Babakan Siliwangi menjadi saksi dimulainya “A(RT)GAMA EXHIBITION” pada Sabtu, 6 Juli 2024. Pameran karya seni rupa dan instalasi ini diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Seni Rupa dan Desain (UKM SRD) UIN Bandung. Meski dalam keadaan hujan, pembukaan pameran tetap digelar dengan semarak. Suasana penuh antusiasme terasa di seluruh penjuru galeri, dengan kehadiran para seniman, mahasiswa, serta masyarakat umum yang ikut hadir.
Pameran yang dibuka untuk umum ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang dilakukan para seniman yang juga anggota SRD UIN Bandung selama 4 bulan. Sebelumnya, mereka rutin melakukan riset dan eksplorasi kreatif tentang isu-isu keagamaan dan lingkungan melalui proses residensi. Pameran ini juga bertujuan untuk membuka dialog mengenai hubungan antara dua aspek tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Muhammad Azmul Warid, pimpinan produksi pameran, menjelaskan proses persiapan teknis pameran ini. “Proses teknis pameran berangkat dari ide gagasan terlebih dahulu sebelum pada akhirnya menemukan ide besar. Setelah ketemu ide besarnya, baru pemecahan ide itu menjadi narasi visual yang kemudian menjadi dasar sebagai sebuah karya,” ujarnya.
Azmul (Dici) menambahkan, waktu yang diambil untuk persiapan cukup panjang karena melibatkan banyak proses terutama persiapan konsep. “Untuk proses secara konsep itu sekitar dua bulan, temen-temen bergelut dalam menentukan grand idea pameran residensi ini,” katanya.
Dalam wawancara tersebut, Azmul juga menyinggung tentang berbagai kendala yang dihadapi selama persiapan pameran.
“Hambatan yang dihadapi terutama adalah dalam bagian pengenalan secara medium, kita masih belajar dalam menentukan narasi visual lewat medium, karena dalam seni rupa harus ada kesesuaian antara ide yang dibawa dengan media yang dipakai,” ungkapnya.
Afaaq Nur Haerani, kurator dan penanggung jawab pameran, juga memberikan wawasan mengenai tema dan tujuan dari pameran ini. Menurutnya, ‘A(rt)Gama Exhibition’ dipilih karena ingin menyoroti bagaimana seni dan agama dapat berdialog dalam satu ruang.
“Kami ingin menunjukkan bahwa isu-isu agama dan lingkungan hidup tidak hanya bisa dibahas melalui kata-kata, tetapi juga melalui seni visual yang memberikan dampak emosional yang kuat,” jelas Afaaq.
Afaaq menambahkan, proses kurasi pameran ini melibatkan banyak diskusi dan pertimbangan untuk memastikan setiap karya dapat menyampaikan pesan yang diinginkan.
“Kami sangat fokus pada bagaimana setiap karya dapat berdialog satu sama lain dengan pengunjung. Kami berharap pameran ini tidak hanya menjadi tontonan, tetapi juga memicu refleksi dan diskusi lebih lanjut tentang isu-isu yang diangkat,” katanya.
Toni Antonius, salah satu pengunjung yang juga seorang seniman, memberikan kesan positif terhadap pameran ini.
“Kesan pertama saat masuk pameran ini sangat menarik. Latar belakangnya itu bukan dari Seni Rupa ya UIN ini kan, dan mampu menghadirkan karya yang cukup kreatif dan berani memberikan statement yang menggelitik. ‘Artgama’ ya, sebagai kurator, Afaaq sendiri sangat menguasai diksi itu. Saya sangat menghargai keberanian anak-anak UIN Bandung untuk mengadakan pameran di luar kampus mereka,” ungkapnya.
Toni juga menyoroti karya yang menarik perhatiannya, yaitu karya yang menggabungkan berbagai agama dalam satu kanvas dengan visual yang seimbang dan tidak bertabrakan.
“Secara visual ini ya, dengan outline-nya tidak bertumpuk dan tidak bertabrakan, tidak saling kuat di antara yang lain jadi cukup berimbang. Saya sangat menghargai upaya mereka,” tambahnya.
Karya yang dimaksud adalah “Secair dan Seteduh Mungkin” karya Zahran Poik, Sadam Tubu, Rahardian Sake, Agung Fatal, dan Nazwa Mubu, mereka menyajikan karya mix media yang mengkritik program-program keagamaan negara dan mengangkat tema inklusi beragama.
Karya menarik lainnya adalah “When Wasn’t Nature” karya kelompok seniman yang terdiri dari Hira Saga, Fakhry Jito, dan Qurana Lute. Mereka menampilkan karya sculpture kontemporer yang menggambarkan kapitalisme dan ekologi. Mereka menggunakan bahan sintetis seperti styrofoam untuk menyoroti dampak industri terhadap lingkungan.
Tidak kalah menarik, “Puing” karya Sabkhina Amag, Agung SAS, Raja Loco, Ahmad Saput, dan Novi Wafi mengeksplorasi ritus dan kekerasan sosial melalui drawing di atas kertas dari kitab kuning. Goresan charcoal mereka mencerminkan bagaimana ritus yang penuh kasih sayang bisa berujung pada kekerasan.
Saat memasuki ruang galeri, pengunjung disambut oleh “Sisa-sisa” karya Royan Mali, Aldi Raso, Imas Cales, Indra Sarang, dan Cindy Aya yang mengkritik kapitalisme dalam budaya akademik menggunakan karya berbahan kertas bungkus gorengan untuk menyoroti dampak negatif pendidikan terhadap lingkungan. Sebelum keluar galeri, sebuah instalasi pipa plastik yang dihiasi ayat-ayat suci oleh Hilmi Gahal, Alam Weta, dan Nabil Huba bertajuk “Pipa-pipa Saluran Ideologi” menggambarkan saluran-saluran keimanan, menunjukkan bagaimana keimanan mengalir dan menggerakkan kehidupan manusia.
Melalui “A(RT)GAMA EXHIBITION”, para seniman UKM Seni Rupa dan Desain UIN Bandung berharap dapat membuka dialog yang konstruktif tentang peran agama dan lingkungan hidup dalam kehidupan masyarakat. Pameran ini diharapkan menjadi katalisator untuk refleksi dan perubahan positif dalam cara kita memandang dan menjalani kehidupan beragama dan berhubungan dengan alam.
Antusiasme dan apresiasi dari para pengunjung seperti Toni Antonius memberikan dorongan semangat bagi para seniman muda untuk terus berkarya dan menyuarakan isu-isu penting melalui seni rupa. “Saya harapkan paling tidak, kalau kita bisa menangkap bahwa ada realitas yang berbeda daripada apa yang kita pikirkan,” tutup Afaaq.
Pameran “A(RT)GAMA EXHIBITION” di Galeri A Sanggar Olah Seni (SOS) Babakan Siliwangi berlangsung selama dua pekan ke depan, yakni mulai dari 6-18 Juli 2024. Pameran ini gratis dan terbuka untuk umum. SOS Babakan Siliwangi berlokasi di Jalan Siliwangi No.7, Dago, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Jawa Barat. (mardani mastiar)***