ZONALITERASI.Id – Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi), bersama Unicep dan World Food Programme (WFP) berkolaborasi dengan Kemendikbudristek, Kemenkes, dan Kemenag meluncurkan paket materi edukasi gizi untuk siswa sekolah dasar yang interaktif, menyenangkan, dan sesuai kebutuhan.
Paket materi edukasi gizi dan siswa sekolah dasar dan sederajat ini menyasar untuk siswa, guru, orang tua, wali murid, serta masyarakat umum.
Direktur Sekolah Dasar Kemendikbudristek, Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd., mengatakan, pihaknya sangat mengapresiasi kolaborasi tersebut sehingga terbentuk materi edukasi gizi untuk tingkat sekolah dasar.
“Kolaborasi ini sangat membahagiakan bagi kami terutama yang menangani jenjang sekolah dasar. Terima kasih kami ucapkan kepada WFP, Unicep, Persagi, dan kementerian terkait yang sudah membantu bersinergi, serentak bergerak mewujudkan Merdeka Belajar, meningkatkan kualitas pendidikan di satuan pendidikan khususnya jenjang sekolah dasar,” ujar Sri Wahyuningsih, saat ‘Peluncuran Materi Edukasi Gizi untuk Tingkat Sekolah Dasar’.
Dalam siaran pers yang diterima Zonaliterasi.id, Sabtu (25/12/2021), pada kesempatan itu Nining, sapaan akrab Sri Wahyuningasih juga mengatakan, pihaknya sangat memprioritaskan edukasi gizi sejak dini. Karena ketika anak-anak di jenjang sekolah dasar memahami pentingnya asupan gizi maka akan menjadi bekal tidak hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga akan mempengaruhi para orangtuanya.
“Anak-anak kita pelajar sekolah dasar maupun jenjang lainnya merupakan agen-agen perubahan, terutama perubahan perilaku hidup bersih dan sehat. Karena melalui jiwa yang sehat dan raga yang kuat akan melahirkan potensi-potensi pola pikir anak-anak sebagai generasi penerus bangsa,” katanya.
Menurut Nining, pendidikan gizi harus terus dikuatkan tidak hanya kepada peserta didik tapi juga kepada guru, orangtua, dan masyarakat umum. Semua pihak harus serentak bergerak mendorong kualitas gizi bagi anak-anak Indonesia. Karena dengan gizi yang baik akan mempengaruhi kesehatan anak-anak.
“Anak-anak kita yang gizinya tidak terjaga dengan baik ini akan menimbulkan berbagai persoalan, salah satunya adalah persoalan kemampuan mengikuti pembelajaran. Belum lagi saat ini kita dihadapkan pada kondisi pandemi Covid-19, asupan gizi yang baik tentunya sangat mendorong kualitas imun yang dapat meningkatkan ketahanan tubuh dari paparan virus corona,” katanya.
Akan Dikembangkan
Ketua Umum DPP Persagi, Kombes (Pol) Rudatin, SKM., M.Si., menuturkan, pihaknya akan menyebarkan materi edukasi gizi ini secara menyeluruh dan tetap melakukan monitoring dan evaluasi secara bertahap. Nantinya, materi edukasi gizi ini akan dikembangkan tidak hanya untuk tingkat dasar tetapi juga untuk jenjang sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas bahkan sampai dengan tingkat perguruan tinggi dan masyarakat yang lebih luas.
“Semoga sumbangsih ilmu melalui materi pendidikan gizi dari Bapak dan Ibu ini akan membawa manfaat dan secara tidak langsung dapat merubah perilaku masyarakat, sehingga permasalahan gizi Indonesia akan membaik,” ujarnya.
Sementara OIC Deputy Representative Unicep,
Jee Hyun Rah, MS, Ph.D., menilai Indonesia saat ini sedang mengalami beban rangkap tiga tentang nutrisi, yang menggambarkan situasi berbagai bentuk malnutrisi termasuk stunting atau kekurangan gizi mikro serta kelebihan berat badan atau obesitas pada usia anak-anak. Itu akan menjadi dampak yang sangat merugikan bagi kesehatan dan perkembangan anak-anak sekolah dasar sebagai generasi bangsa.
“Ada empat upaya kami untuk mengatasi tiga beban gizi buruk di Indonesia yang sudah dilaksanakan sejak 2016. Unicep telah mendukung pemerintah Indonesia dalam merancang pelaksanaan dan pemantauan program gizi berbasis sekolah, menargetkan remaja perempuan dan laki-laki di Indonesia untuk meningkatkan cakupan program suplementasi zat besi, asam folat yang sudah menjadi program nasional yang sudah mapan. Kami telah melakukan upaya untuk meningkatkan gizi, asupan psikiatri, dan aktivitas fisik. Dengan dukungan kuat yang datang dari Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan, Kementerian Agama, dan Kementerian Dalam Negeri, kegiatan ini terus berlanjut hingga saat ini,” tutur Jee Hyun Rah.
Diketahui, Indonesia merupakan salah satu negara yang masih memiliki 3 masalah gizi di semua kelompok usia, salah satunya anak usia sekolah dasar. Menurut data riset kesehatan tahun 2018, satu di antara empat anak mengalami stunting, 1 dari 10 anak kurus, 1 dari 5 anak tergolong gemuk atau obesitas dan 1 dari 4 anak usia sekolah dasar di Indonesia juga menderita anemia.
Stunting dan anemia pada anak yang akan dapat menurunkan prestasi belajar anak di sekolah dan menurunkan produktivitas saat anak berusia dewasa. Sementara itu anak yang obesitas lebih beresiko mengalami penyakit tidak menular saat dewasa. Kondisi pandemi Covid-19 seperti saat ini kemungkinan besar akan memperburuk persoalan gizi anak di Indonesia. (haf)***