ZONALITERASI.ID – Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, mengimbau seluruh institusi pendidikan (sekolah) di Kota Bandung untuk memasukkan materi pengelolaan sampah ke dalam kurikulum.
Langkah ini penting sebagai edukasi dini agar siswa memahami pentingnya menyelesaikan masalah sampah sejak dari sumbernya.
“Semua lembaga pendidikan dasar dan menengah kalau sampah harus habis hari ini,” ujar Farhan, dilansir dari rilis Humas Pemkot Bandung, Jumat, 11 April 2025.
“Kita berharap setiap sekolah memiliki fasilitas dan pendidikan pengelolaan sampah mandiri, ini sangat penting,” sambungnya.
Di samping itu, Farhan menegaskan, pihaknya akan terus bergerak ke wilayah agar meningkatkan Kawasan Bebas Sampah (KBS).
“Syarat pengelolaan produksi sampah mandiri itu 30 persen sampah di setiap RW. Jika sudah itu, maka setiap hari mampu mengurangi 30 persen sampah atau 500 ton sehari. Itu sudah diolah oleh warga,” tutur Farhan.
Pendidikan Ramah Lingkungan
Sebelumnya, langkah penting dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan diambil melalui penandatanganan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) dengan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).
Acara yang dilangsungkan dalam rangkaian Aksi Bersih Sampah Laut di Pantai Kuta, Bali, itu dihadiri oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, serta sejumlah pejabat tinggi lainnya.
Salah satu poin utama dalam MoU ini adalah peningkatan jumlah dan kualitas sekolah Adiwiyata, yaitu sekolah yang menerapkan prinsip-prinsip ramah lingkungan dalam seluruh aktivitasnya.
“Pendidikan dasar adalah fondasi penting untuk membentuk generasi yang mencintai alam dan peduli terhadap pelestarian lingkungan. Kerja sama ini akan mendorong terciptanya budaya bangsa yang berwawasan lingkungan dan beradab,” kata Mendikdasmen, Abdul Mu’ti, dikutip dari laman Vokasi Kemendiknas, Jumat.
MoU ini bertujuan untuk memastikan bahwa pendidikan tidak hanya mengajarkan materi akademis tetapi juga menanamkan nilai-nilai kepedulian lingkungan. Hal ini diharapkan mampu menciptakan generasi muda yang terampil dalam pengelolaan sampah sejak dini.
Mu’ti menekankan pentingnya menangani masalah sampah dari hulu dengan pendekatan berbasis pendidikan.
“Membersihkan sampah itu penting, tetapi lebih penting lagi menanamkan cinta lingkungan dan budaya hidup bersih sejak dini. Guru memiliki peran besar dalam memberikan pencerahan kepada siswa agar senantiasa hidup bersih dan sehat,” ujarnya.
“Kami berharap kesepakatan ini tidak hanya meningkatkan jumlah sekolah Adiwiyata, tetapi juga menciptakan generasi muda yang sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Dengan kolaborasi ini, kita dapat memastikan Indonesia yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan untuk generasi mendatang,” tambah Mu’ti.
Sementara itu, Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, menuturkan, persoalan sampah laut sebagian besar berasal dari daratan.
“Secara statistik, 80% sampah laut berasal dari darat. Karena itu, pengelolaan sampah harus dimulai dari sumbernya dengan melibatkan semua pihak, termasuk dunia pendidikan,” kata Hanif.
Ia juga menegaskan bahwa paradigma pengelolaan sampah harus bergeser dari penanganan di tempat pembuangan akhir menuju pengelolaan di tingkat hulu. ***