BUDAYA  

Puisi Syahrul Ramadhan

WhatsApp Image 2023 08 17 at 17.34.26
Syahrul Ramadhan, Ketua PCIM Iran, (Foto: Dok. Pribadi).

INDONESIA MILIK BERSAMA

Bapak bapak ibu ibu.
Perkenalkan aku manusia 100 Tahun
Hidup dari masa penjajahan hingga kekinian
Pengamat perubahan zaman
Perindu kemerdekaan

Aku ingin berkeluh kesah
Beginilah kiranya

Dor dor dor
Suara senapan dilepaskan para pejuang kemerdekaan
Sebelum berperang berjajar pasukan
Ada yang tangannya meneggada
Ada yang tangannya mengenggam
Ada juga yang tangannya menempel
Bismillah, haleluya dan panggilan lain ke Tuhannya mereka

Khusus pejuang muslim, mereka berjejer rapi dan rapat
Berjamaahlah mereka
Ada yang qunut ada juga yang tidak membacanya
Ada yang bersedakap di dada, di perut, di pusar, atau mungkin juga ada yang tidak bersedekap.
Selesai salam mereka bersama sama meneriakkan Takbir, Allahu Akbar.
Setelahnya mereka kembali ke medan perang

Usir penjajah usir penjajah
Indonesia merdeka
Begitulah Pekikan teriakan pejuang merdeka
Kulit hitam, mata sipit, hidung mancung
Saling gendong jika terluka
Ya Allah, ya yesus, ya budha, ya dewa dewi bantulah kemerdekaan Indonesia.
Begitu mungkin teriakan dalam hati mereka.

Karena mereka semua, merdekalah Indonesia.
Sukarno Hatta dengan bangga memproklamirkan kemerdekaan kita.
Atas nama bangsa Indonesia, begitu teksnya.

Namun Kini tiba saatnya apa yang dipesankan Bung Karno.
Menghadapi bangsa sendiri lebih susah ternyata.

Dasar kafir, dasar sesat, jenggot kambing, celana kebanjiran.
Sekumpulan manusia berbaju suci saling lempar makian berebut surga.
Mendengar itu, Kupingku panas serasa di neraka.

Cino sipit, arab impor, pribumi mambu.
Demi berebut pendapat dan pendapatan.
Setiap suku merasa paling unggul.
Paling berhak menginjak satu sama lain
Berebut makan, berebut pelanggan hingga berebut sumberdaya kekayaan.

Di koran-koran, di televisi-televisi, di radio-radio bahkan di bangku sekolah.
Semua mengaku: kelompokku yang paling berperan, kelompok lainnya cuman imigran.

Yang banyak mengoyak
Yang sedikit digigit
Diskriminasi seperti nasi
Makanan sehari-hari

Menangis sudah
Rungkad rungkad rasanya
Ambyar ambyar rasanya

Dahulu bersama merebut kemerdekaan indonesia.
Sekarang saling berebut menjadi pemilik tunggal Indonesia.
Lupakah kita bahwa Indonesia Milik Bersama.
La roiba fih, Indonesia milik bersama.

***

Syahrul Ramadhan, Ketua PCIM Iran, sedang menempuh S3 di Universitas Jamiatul Mustafa Tehran.

Respon (188)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *