Waspadalah, Perkembangan Psikis Anak Terganggu Saat Makan Sambil Main Gadget

kids dining room eating watching tablet 21730 12157 47 20191222171905
Jika orang tua menemukan anaknya selalu bermain gadget saat makan, orangtua harus waspada. Itu berpengaruh pada anak yang tidak meresapi cita rasa yang masuk ke dalam mulutnya, karena fokusnya berada pada layar. (Ilustrasi: Motherandbeyond.id).

ZONALITERASI.ID – Jika orang tua menemukan anaknya selalu bermain gawai (gadget) saat makan, orangtua harus waspada. Itu berpengaruh pada anak yang tidak meresapi cita rasa yang masuk ke dalam mulutnya, karena fokusnya berada pada layar.

Psikolog keluarga dari Universitas Indonesia Irma Gustiana Andriani menyarankan orangtua agar tidak menyediakan gadget, seperti tablet, ponsel pintar, dan televisi saat waktu makan anak.

Menurut Irma, penting bagi anak untuk benar-benar berproses dalam mengenal dan mengingat cita rasa makanan atau minuman yang masuk ke dalam tubuhnya.

“Kalau waktunya makan, ya makan saja. Karena, kalau dilakukan bersama kegiatan lain seperti menonton di gadget, anak tidak bisa mengingat cita rasa dan tekstur, dan ini nantinya akan mempengaruhi pola makan dia ke depan,” kata Irma, dilansir dari Antara News,  Sabtu, 14 Juni 2023.

Pengaruhi Psikis Anak

Irma mengatakan, kegiatan makan memiliki pengaruh pada psikis seseorang. Perilaku makan adalah pandangan dan tindakan seseorang terhadap makanan yang dipengaruhi oleh persepsi.

Tak jarang, lanjutnya, orangtua kesulitan saat memberikan makan kepada si buah hati. Terdapat konflik emosional yang terbentuk di saat waktu makan tersebut tiba (emotional feeding conflict). Hal ini membuat proses makan menjadi tidak menyenangkan dan bisa memicu adanya gangguan makan di masa dewasa.

“Terjadi perang psikis antara yang memberi makan dan anak saat proses ini terjadi. Waktu makan bisa menjadi situasi yang kurang menyenangkan. Anak menolak makan, ibu frustasi, dan muncul komparasi mengingat orang tua sekarang ini juga belajar parenting lewat media sosial,” jelas Irma.

“Selain membuat beban bagi orang tua, bisa membuat hubungan orang tua dan anak kurang harmonis, dapat menimbulkan trauma, dan status gizi anak menjadi kurang,” sambungnya.

Irma menambahkan, penting bagi ibu dan ayah untuk memahami psikologis anak.

Sebagai orang tua, bisa memulai dengan memahami perkembangan dan kebutuhan anak, melibatkan anak saat berbelanja, diskusi menu atau membuat menu harian, mengajak serta saat siapkan olahan makanan, berikan tanggung jawab kecil saat proses persiapan/memasak, membuat makanan dengan cita rasa yang menggugah rasa.

“Selain itu, buat jadwal makan teratur, makan bersama keluarga, mendorong anak untuk makan sendiri sesuai usia perkembangan dan kemampuannya, serta mencontohkan perilaku makan yang tepat,” pungkasnya. (haf)***