SD BPI, Sekolah Dasar Pertama di Kota Bandung Raih Adiwiyata Mandiri

FOTO SEKOLAH 7
SD BPI Bandung, (Foto: Dok. SD BPI Bandung).

ZONALITERASI.ID – Beragam penghargaan bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan diraih SD BPI (Badan Perguruan Indonesia) Bandung. Pada 4 Juni 2014, sekolah yang berlokasi di Jln. Halimun 40, Kelurahan Lingkar Selatan, Kecamatan Lengkong, Kota Bandung ini, menerima penghargaan Adiwiyata Mandiri Tingkat Nasional.

Sebelumnya, pada 2011, sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan BPI dan berdiri pada tahun 1959 ini mendapat penghargaan Bandung Green School tingkat Kota Bandung.

Lalu, predikat Sekolah Adiwiyata Kota dari Wali Kota Bandung dan Sekolah Adiwiyata Nasional dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan-Menteri Lingkungan Hidup diperoleh pada 2012.

Selain itu, pada 2013, SD BPI mendapat penghargaan Sekolah Adiwiyata Mandiri Provinsi dari Gubernur Jawa Barat.

“SD BPI merupakan sekolah dasar pertama di Kota Bandung yang berhasil meraih penghargaan Adiwiyata Mandiri. Indikator penilaian Adiwiyata Mandiri ini lebih berat karena SD BPI harus menjalin kemitraan dan membina 10 sekolah. Sepuluh sekolah itu harus meraih penghargaan minimal Adiwiyata Kota,” kata Kepala SD BPI, Rina Indrawati, S.Pd., kepada Zonaliterasi.id, di ruang kerjanya, baru-baru ini.

Menurut Rina, SD BPI intensif mengarahkan siswa agar peduli terhadap lingkungan hidup. Program yang dirancang berisi pemecahan masalah lingkungan yang paling sederhana yaitu di lingkungan sekolah sendiri.

“Tiga program lingkungan hidup yang dilaksanakan di SD BPI adalah pengurangan sampah dengan melaksanakan 3R (Reduce, Reuse, Recycle), mengatasi masalah kuantitas dan kualitas air tanah, serta mengatasi masalah kualitas udara,” kata Rina.

Ia memaparkan, untuk program pengurangan sampah, SD BPI menggunakan SMS Gateway untuk pengumuman/surat kepada orang tua, mencetak soal ulangan menggunakan dua sisi kertas, dan menyimpan data dalam bentuk flasdisk, cd, atau hardisk.

Selain itu, untuk mengurangi penggunaan sampah plastik/styrofoam, digunakannya galon air mineral di tiap-tiap ruangan, serta siswa membawa bekal makan dan minum dari rumah.

“Para pedagang di kantin pun diarahkan agar menyediakan mangkuk dan piring untuk alat makan atau menyediakan daun sebagai pembungkus makanan. Kami menyediakan air siap minum langsung dari kran bantuan PDAM Tirtawening Bandung,” sebut Rina.

Selanjutnya, ujar Rina, untuk pembentukan karakter peduli lingkungan, siswa wajib menyimpan dan memilah sampah pada tempat sampah di kelas masing-masing. Saat istirahat, petugas piket akan menyimpan sampah sesuai dengan jenisnya.

“Terakhir, pengelolaan sampah anorganik bernilai ekonomis dilakukan melalui kerja sama antara SD BPI dengan Mitras Bank Sampah. Sedangkan sampah organik dalam kapasitas kecil, diolah menjadi pupuk dengan menggunakan media composting sederhana Takakura. Untuk sampah organik dalam kapasitas besar, SD BPI mengolahnya di Laboratorium Alam,” ujar Rina.

Ditambahkannya, untuk program mengatasi masalah kuantitas dan kualitas air tanah, SD BPI membuat sumur resapan dan penyaringan air tanah. Siswa dilibatkan untuk mengatasi masalah kuantitas air ini dengan mengajak dan mengajarkan mereka membuat lubang biopori.

“Untuk mengatasi masalah kualitas udara, SD BPI mendapat bantuan pohon dan tanaman dari BPLHD (Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah) Kota Bandung. Sehingga, SD BPI semakin asri dan rindang,” pungkas Rina. (des)**