Implementasikan MBKM, Universitas Widyatama Punya Program Magang Mahasiswa

gedung3 660x437 1 660x400 1
Kampus Universitas Widyatama, (Foto: Istimewa).

ZONALITERASI.ID – Universitas Widyatama (UTama) membuka program magang Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) bagi mahasiswa Fakultas Teknik. Salah satu kegiatan MBKM berupa program magang di dunia industri dan dunia kerja.

Program magang MBKM gelombang pertama ini diikuti oleh sedikitnya 75 mahasiswa Fakultas Teknik UTama.

Untuk mengimplementasikan program yang menjadi kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) itu, UTama melakukan MoA secara virtual dengan pimpinan berbagai perusahaan, industri, institusi pendidikan, instansi pemerintah, BUMN, swasta khususnya yang berada di wilayah Jawa Barat.

Di antaranya dengan PP Persero Tbk, Adira Insurance, Bagian Tata Pemerintahan Sekretariat Daerah Kabupaten Subang, PT Bio Farma, PT Kimia Farma, PT PLN, Pikiran Rakyat, PT LEN, PT Telkom Akses, PT Wijaya Karya, Universitas Padjadjaran, PT JVC Electronics Indonesia, dan Direktorat Kemahasiswaan Universitas Telkom.

Rektor UTama, Prof. Obsatar Sinaga, mengungkapkan, kerja sama tersebut diharapkan mampu memberikan kesempatan bagi mahasiswa UTama mendapatkan pengalaman belajar di lapangan, khususnya dunia kerja yang sesungguhnya.

Program magang ini wadah yang bisa digunakan sebagai metode pembelajaran, baik perorangan maupun lembaga. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran termasuk mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM).

“Kerja sama ini diharapkan bermanfaat dengan baik, baik untuk institusi, para mahasiswa, dan lulusan UTama,” imbuhnya.

Warek II UTama, Prof. Dadang Suganda, menuturkan, hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia agar memiliki kemampuan, baik ilmu maupun keterampilan, untuk bekal mereka di kemudian hari.

“Ketika kampus hanya memberikan ilmu sains, bisa saja sains dan keterampilan yang diberikan di kampus tidak relevan dengan dunia kerja. Oleh karena itu pemerintah memberikan opsi, mahasiswa harus diberi hak untuk belajar di luar kampus selama tiga semester. Bisa di luar prodi di dalam kampus, kampus yang lain, atau bisa di luar kampus,” katanya.

Ia mengatakan, ketika mahasiswa UTama magang di luar kampus, bisa jadi ilmunya tidak relevan saat diperoleh di kampus. Bisa jadi, ilmu yang didapat di kampus, sudah kadaluarsa dan tidak sesuai dengan dunia industri atau dunia kerja.

“Ketika mereka magang bisa jadi mendapatkan ilmu dan keterampilan baru. Itu dari sisi ilmu. Sedangkan dari sisi pembentukan mental dan karakter, menurut Dadang juga bisa jadi berbeda dengan dunia kampus. Karena di masyarakat sangat kompleks karakternya. Apalagi di perusahaan yang banyak tantangannya,” ujarnya.

Ditambahkannya, ilmu yang diperoleh di perusahaan kelak, mengenai sikap mental dan karakter. Juga akan memperkuat mahasiswa menjadi manusia yang memiliki modal banyak.

Saat magang di perusahaan, lanjutnya, jangan hanya berbicara ilmu dan skill yang didapat. Tetapi mendapat ilmu baru yang tidak didapat di kampus.

“Ketika lulus mudah-mudahan dengan bekal dari kampus dan magang memiliki modal yang banyak. Modal ilmu, keterampilan, mental karakter. Sehingga lulusan Widyatama bisa bekerjasama dan diterima oleh pasar. Saya berharap kepada semua perusahaan, bisa memberikan bimbingan, arahan, evaluasi dan monitoring untuk saling mengisi,” imbuh Prof. Dadang.

Dekan Fakultas Teknik, Dr. M. Rozahi Istambul, S.Kom., M.T., mengatakan, program magang memang merupakan salah satu bagian dari kebijakan Kemendikbud.

“Seluruh aktivitas di luar prodi seperti membangun desa, mengajar di luar dari prodi, melakukan riset, kegiatan magang, pertukaran pelajar, dan lainnya. Kita rekognisi, mahasiswa tidak perlu kuliah di prodinya, diganti dengan kegiatan tadi. Salah satunya magang praktek kerja di perusahaan selama satu semester atau enam bulan,” kata Rozahi.

Disebutkannya, di Fakultas Teknik UTama, memiliki program studi informatika, sistem informasi, teknik industri, teknik mesin, teknik elektro, teknik sipil serta perpustakaan, dan sains informasi.

Kegiatan magang yang diikuti oleh mahasiswa diasumsikan menjadi kegiatan perkuliahan, dan merupakan hal baru.

“Magang atau praktek kerja saat ini jangan dimaknai seperti magang praktek kerja seperti dulu, yang biasanya dilakukan hanya dua minggu sampai satu bulan. Belum lagi dalam kesehariannya sangat bebas, bisa masuk atau tidak. Namun sekarang benar-benar full, segala sesuatunya mendapatkan pengalaman seakan-akan mereka sudah menjadi pegawai,” terangnya.

Rozahi menuturkan, saat mahasiswa magang bukan berarti tidak mendapatkan pengetahuan. Melalui e-learning, mereka bisa mengakses materi yang ada di semester enam, mengikuti tugas, kuis, untuk seluruh mata kuliah.

“Mahasiswa kami bisa memilih apakah di semester yang sama mau kuliah atau pergi magang, itu pilihan mereka. Dilakukan di semester enam dan tujuh sedangkan semester delapan bisa untuk tugas akhir, tidak usah mengikuti perkuliahan. Hasil magang bisa dijadikan bahan untuk tugas akhir,” imbuhnya.

Quality Control Officer PT PP (Persero), Tbk, Yudi Eko Prasetyo, menyambut baik program magang bagi mahasiswa UTama.

“Program ini bagus untuk mengenalkan dunia kerja kepada mahasiswa. Biasanya kan kalau di kampus hanya teori saja. Nah kalau praktek di lapangan akan dihadapkan dengan masalah, cara kerja, cara berkomunikasi dengan atasan atau pekerja dan lainnya,” kata Yudi.

PT PP Persero Tbk yang berkantor pusat di Jalan TB Simatupang, Jakarta ini, lanjutnya, bergerak di bidang kontraktor, di antaranya membangun apartemen, memiliki banyak proyek di seantero Indonesia.

“Nanti kita lihat saja magangnya di mana, disesuaikan yang terdekat. Mahasiswa UTama bisa saja nanti praktek di lapangan, manajemen, HSD, dan lainnya, tergantung permintaan mahasiswa. Biasanya kita terima dengan tangan terbuka. Namun kalau di lapangan karena proyek itu berbeda dengan di kantor, tempat duduk terbatas,” kata Yudi. (des)***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *