Rektor UIN Bandung Periode 2003-2011 Prof. Nanat Fatah Natsir Wafat, Peletak Wahyu Memandu Ilmu

IMG 20250102 WA0012 1
Rektor UIN Bandung Periode 2003-2011 Prof. Nanat Fatah Natsir, wafat pada Kamis, 2 Januari 2025. (Foto: Dok. UIN Bandung)

ZONALITERASI.ID –Innalillahi wa inna ilaihi raji’un”. Kabar duka datang dari Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung periode 2023-2007 dan 2007-2011, Prof. Dr. H. Nanat Fatah Natsir, M.S..

Salah satu sosok penting dalam perintisan peralihan status dan pengembangan IAIN Sunan Gunung Djati menjadi UIN Sunan Gunung Djati ini wafat di Rumah Sakit Al Islam Bandung, Kamis, 2 Januari 2025, pukul 01.00 dinihari. Prof. Nanat Fatah Natsir wafat pada usia 70 tahun karena sakit.

“Telah berpulang ke Rahmatullah Bapak Prof. Dr. H. Nanat Fatah Natsir, M.S. di Rumah Aakit Al Islam Bandung pukul 01.00 pada hari Kamis, 2 Januari 2025. Meninggal pada usia 70 tahun karena sakit,” demikian bunyi keterangan dari UIN Bandung dalam situs resminya, Kamis.

Prof. Nanat Fatah Natsir dilahirkan di Garut, 11 Desember 1954 dari pasangan H. Muhammad Madin (alm) – Hj. Komariah dan  beristrikan Dra. Hj. Ade Aisyah, M.Ag.  Almarhum mempunyai 4 orang putra/i, yaitu Ifa Latifah, S.E., Mohammad Iqbal, S.I.P., Ita Fitriyyah, S.Si., M.Si., dan Ilham Akbar.

Bagi civitas akademika UIN Bandung, sosok Prof. Nanat tak dapat dipisahkan dari paradigma “Wahyu Memandu Ilmu” yang diusung UIN Bandung hingga kini. Prof. Nanat berusaha memadukan ilmu agama dan ilmu umum yang selama ini dikotomis.

Selain sebagai akademisi di UIN Bandung, Prof. Nanat juga aktif di Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Ia mengemban amanah menjadi Presidium ICMI pada 2015.

Filosofi RODA

Selama menjadi Rektor UIN Bandung, Prof. Nanat begitu intens mengupayakan integrasi ilmu agama dan ilmu umum. Ia mengilustrasikannya dalam filosofi atau metafora “RODA”.

Lokus pandangan keilmuan UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang utuh itu dibingkai dalam metafora sebuah roda. Roda adalah simbol dinamika dunia ilmu yang memiliki daya berputar pada porosnya dan berjalan melewati relung permukaan bumi. Roda adalah bagian yang esensial dari sebuah makna kekuatan yang berfungsi penopang beban dari suatu kendaraan yang bergerak dinamis.

Fungsi roda dalam sebuah kendaraan ini diibaratkan fungsi UIN Bandung pada masa mendatang yang mampu menjadi sarana dalam integrasi antara ilmu dan agama dalam konstalasi perkembangan budaya, tradisi, teknologi, dan pembangunan bangsa sebagai tanggung jawab yang diembannya. Kekuatan roda keilmuan UIN Bandung ini dapat memacu kreativitas untuk melihat kitab suci sebagai sumber ilham keilmuan yang relevan dengan bidang kehidupan secara dinamis.

“Poros roda melambangkan titik awal sekaligus titik akhir dari upaya integrasi keilmuan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Proses integrasi keilmuan UIN Sunan Gunung Djati Bandung mengedepankan corak nalar rasional dalam menggali khazanah ilmu pengetahuan Islam yang bersumber langsung dan wahyu untuk menciptakan hasil kreasi ilmu Islami yang kontemporer, dan corak berfikir kritis dan selektif terhadap ilmu pengetahuan kontemporer yang berkembang untuk menemukan benang emas ilmu pengetahuan dan teknologi dengan nilai-nilai yang Islami,” sebut keterangan dari UIN Bandung untuk mengenang kiprah Prof. Nanat saat menjadi Rektor.

Sosok Visioner dalam Mengembangkan UIN Bandung

Saat mengemban amanah sebagai Rektor, Prof. Nanat merupakan sosok yang visioner. Ia memiliki visi yang tegas dalam mengembangkan UIN Sunan Gunung Djati Bandung.  UIN Bandung berorientasi pada usaha memadukan:

Pertama, hubungan organis semua disiplin ilmu pada suatu landasan keislaman;

Kedua, hubungan yang integral di antara semua disiplin ilmu;

Ketiga, saling keterkaitan secara holistik semua disiplin ilmu untuk mencapai tujuan umum pendidikan nasional;

Keempat, keutamaan ilmu pengetahuan yang disampaikan berdasarkan ayat ayat qur’aniyyah dan kawniyyah menjadi landasan pandangan hidup yang menyatu dalam satu tarikan nafas keilmuan dan keislaman;

Kelima, kesatuan pengetahuan yang diproses dan cara pencapaiannya dikembangkan secara ilmiah akademis;

Keenam, pengintegrasian wawasan keislaman, kemodernan, dan keindonesiaan dalam spesialisasi dan disiplin ilmu menjadi dasar bagi seluruh pengembangan disiplin akademis.

Semua itu diabadikan untuk kesejahteraan manusia secara bersama-sama yang merupakan tiga komponen utama dari peneguhan iman, ilmu, dan amal shaleh. Dengan ungkapan lain, implementasi proses belajar mengajar pada UIN Sunan Gunung Djati Bandung dapat menghasilkan kualifikasi sarjana yang memiliki keagungan al-Akhlak al-Karimah, kearifan spiritual, keluasan ilmu, dan kematangan profesional. (des)***