ZONALITERASI.ID – Progres operasional Bandara Kertajati, di Majalengka, masih belum sesuai harapan. Dana triliunan rupiah yang sudah dikucurkan APBD Provinsi Jawa Barat pun belum menampakkan hasil yang signifikan. PT BIJB diminta menggaet investor dan membuka selebar-lebarnya kerjasama dengan pelaku bisnis, agar kondisi keuangan tak berdarah-darah.
Demikian benang merah diskusi seri pertama soal Bandara Kertajati, yang diinisiasi Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Jabar dan Kadin Jabar, Jumat, 9 Septermber 2022.
Hadir sebagai pembicara, Asda Ekbang Setda Jabar Taufiq Budi Santoso, Dirut PT Bandarudara Internasional Jawa Barat (BIJB) Muhammad Singgih, dan anggota Bangar DPR RI H. Mulyadi.
Asda Ekbang Setda Jabar Taufiq Budi Santoso, mengatakan, kondisi itu disebabkan banyak hal.
“Aksesabilitas Tol Cisumdawu yang belum selesai, dampak pandemi Covid-19 yang mengganggu seluruh sendi ekonomi, Bandara Husein yang masih beroperasi, harga avtur di Kertajati yang lebih tinggi ketimbang di Bandara Cengkareng, dan lain sebagainya,” ujar mantan Kepala Bappeda Jabar itu.
Dirut PT BIJB Muhammad Singgih, mengungkapkan, dibandingkan tahun lalu, progres tahun 2022 sudah jauh lebih baik.
Disebutkannya, cargo sudah naik 4.000%. Lalu, di awal tahun sudah kontrak dengan perusahaan aircraft maintenance untuk jasa perbaikan pesawat.
“Memang uang yang masuk tahun ini masih kecil, sekitar Rp 900 juta sebulan. Namun, lebih besar ketimbang tahun lalu yang hanya Rp 5 miliar setahun,” kata Singgih.
Harus diakui, lanjutnya, kondisi keuangan masih belum stabil, karena biaya overhead –di luar kewajiban bayar utang– sekitar Rp 4-5 miliar sebulan.
“Tapi dengan rencana sebagai embarkasi umroh per September ini, lalu terselesaikannya jalan Tol Cisumdawu akhir tahun ini, saya yakin akan jadi prospek yang bagus buat BIJB,” katanya.
Anggota Bangar DPR RI Mulyadi, menyoroti pentingnya BIJB menggandeng investor dan kerjasama dengan para pengusaha yang terkait dengan airlines.
“Saya juga akan kawal anggaran dari pemerintah pusat, serta keberpihakan Kementerian PUPR dan Kemenhub untuk berkomitmen mendukung penuh Kertajati. Karena anggaran kalo ga dikawal, bisa tiba-tiba menghilang,” katanya.
Komentar agak provokatif disampaikan anggota Komisi IV DPRD Jabar Daddy Rohendi.
“Waduk ah istilah wajah terdepan ibukota! Jujur saja saya sedih dana Rp 7 triliun tak sebanding dengan yang dihasilkan. Lihatlah bandara-bandata lain yang dibangun setelah Kertajati, seperti Kualanamu, Ahmad Yani, Kulonprogo. Kita malah jadi terbelakang,” tegasnya.
Diskusi yang akan berlangsung dalam beberapa seri ini, dibuka oleh Ketua JMSI Pusat Teguh Santosa dan Ketua Kadin Jabar Cucu Sutara. Para tamu yang hadir antara lain datang dari biro travel, manajemen Bandara Husein Sastranegara, pimpinan perusahaan cargo, dan pengurus Kadin Jabar. (des)***