ZONALITERASI.ID – Pada tanggal 8 Juli 2023, sebanyak 45 siswa dari kelas lima Sekolah Dasar (SD) Katolik St. Franziskus Berlin di Jerman menunjukkan antusiasnya yang luar biasa dalam belajar budaya Indonesia. Mereka mengikuti lokakarya Gamelan Jawa dan Pembuatan Wayang yang diselenggarakan oleh Rumah Budaya Indonesia. Acara ini merupakan bagian dari Pekan Proyek sekolah mereka yang bertajuk “Keliling Dunia Kita”.
Dilansir dari laman Kemdikbud.go.id, agenda dimulai dengan pemaparan singkat tentang Indonesia oleh Koordinator Rumah Budaya Indonesia, Birgit Steffan. Dalam bahasa Indonesia yang fasih, Birgit menjelaskan tentang demografi Indonesia yang multikultural.
“Meskipun mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama Islam, agama-agama lain seperti Katolik, Protestan, Hindu, dan Budha hidup berdampingan dengan harmonis,” ujar Birgit kepada anak-anak.
Materi selanjutnya yaitu tentang kondisi geografis Indonesia. Birgit menjelaskan, Indonesia terletak di antara cincin api Pasifik, yang mengakibatkan seringnya terjadi bencana alam seperti gempa bumi, letusan gunung, dan tsunami.
“Meski demikian, gunung-gunung berapi tersebut memberikan dampak positif bagi negara Indonesia, yaitu tanah yang subur dan cocok untuk pertanian,” jelas Birgit di depan anak-anak berusia 10-11 tahun itu.
Setelah itu, siswa-siswi diajak mendengarkan cerita “Monyet dan Buaya”. Semua mata tertuju pada Birgit saat dia bercerita dengan penuh semangat. Tawa riang pun pecah ketika Birgit menirukan suara buaya dan monyet.
Selanjutnya, siswa-siswi diajak untuk memainkan gamelan dan membuat wayang. Mereka dibagi menjadi dua kelompok, satu kelompok bermain gamelan dan kelompok lainnya membuat wayang.
Kelompok yang bermain gamelan dibimbing oleh Trinawang Wulansudarga, seniman yang bekerja di Rumah Budaya Indonesia. Ia mengajarkan kepada anak-anak mengenai bagaimana membaca notasi musik dan cara memainkan gamelan dengan baik dan benar.
Wanita yang kerap dipanggil Wawang itu terkesima melihat betapa cepat anak-anak tersebut mampu memainkan gamelan.
“Saya terkejut dengan kemampuan mereka dalam memainkan gamelan dengan selaras dalam waktu yang singkat,” kata Wawang. Bahkan, beberapa siswa meminta izin kepada gurunya untuk bisa bermain dan belajar lebih lanjut mengenai gamelan.
Salah satu guru pendamping, Anja Hoffbauer, juga ikut mencoba memainkan instrumen gamelan.
“Saya sangat senang ketika memainkan gamelan, ini merupakan pengalaman yang sangat berkesan,” kata Anja.
Di ruangan yang lain, Birgit memimpin siswa-siswi dalam membuat wayang. Mereka membuat pigura wayang dengan karakter-karakter yang ada dalam cerita “Monyet dan Buaya”. Semua siswa sangat antusias dan penuh kreativitas saat mewarnai dan mendekorasi wayang mereka.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Berlin, Ardi Marwan, menyatakan, lokakarya Gamelan Jawa dan Pembuatan Wayang merupakan salah satu bentuk Soft Power Diplomacy.
“Saya berharap acara ini dapat menumbuhkan rasa penasaran dan ketertarikan mereka terhadap budaya Indonesia. Dengan demikian, diharapkan mereka akan menjadi ‘Indonesianis’ yang memiliki ketertarikan kuat terhadap Indonesia di masa depan,” terang Ardi.
Kunjungan Sekolah Dasar Katolik St. Franziskus ke Rumah Budaya Indonesia merupakan bagian dari upaya mereka dalam mempelajari budaya-budaya di seluruh dunia. Elke Schneider, salah satu guru pendamping, menjelaskan alasan mereka memilih Indonesia.
“Kami berpandangan bahwa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang melimpah dan keeksotisan yang menarik. Oleh karena itu, kami ingin mendalami pemahaman dan pengetahuan kami tentang Indonesia,” terang Elke.
Acara ditutup dengan pemberian makanan khas Indonesia seperti risol dan kue bolu. Meskipun pada awalnya siswa-siswi terlihat bingung karena belum pernah melihat makanan tersebut sebelumnya, namun ketika mereka mencobanya, mereka terkesan dan menunjukkan kesukaan mereka terhadap hidangan pasar Indonesia.
Dengan antusiasme dan kegembiraan yang ditunjukkan oleh siswa-siswi SD Katolik St. Franziskus Berlin, acara lokakarya Gamelan Jawa dan Pembuatan Wayang di Rumah Budaya Indonesia sukses menghadirkan keajaiban budaya Indonesia di tengah Jerman. Pengalaman ini menjadi pembuka pintu bagi siswa-siswi tersebut untuk mengeksplorasi lebih jauh tentang Indonesia dan budayanya di masa depan. (agni fristy)***