ZONALITERASI.ID – Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
meminta agar Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyusun Rancangan Undang-Undang (RUU) Perlindungan Guru. Usulan pembentukan RUU Perlindungan Guru ini muncul setelah marak kasus guru yang dipidanakan oleh wali murid akibat mendisiplinkan anaknya.
“Pengurus Besar PGRI telah mengirim surat kepada DPR agar menyusun Rancangan Undang-Undang atau RUU Perlindungan Guru. Surat PGRI itu dikirim dua minggu lalu ke Senayan, namun belum mendapat balasan dari Senayan,” kata Ketua Umum PB PGRI, Prof. Unifah Rosyidi
Menurut Prof. Unifah, tidak hanya urun usul, sebagai organisasi profesi di lembaga pendidikan, PGRI juga tengah menggodok naskah akademik RUU Perlindungan Guru.
“Sedang kami susun, tapi kami kan sebagai anggota masyarakat hanya menyampaikan usulan,” ujar dia.
Prof. Unifah menuturkan, akan berjuang sebagaimana para guru berjuang untuk pembentukan UU No 4 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen sebelumnya.
RUU Perlindungan Guru, lanjutnya, penting untuk dibentuk. Karena di UU No 4 Tahun 2005 hanya menyebut menjamin perlindungan profesi guru, namun tidak diatur secara detail. Aturan tersebut kemudian diturunkan ke Peraturan Menteri Pendidikan No 10 Tahun 2017 Tentang Perlindungan bagi Pendidik dan Tenaga Pendidikan.
“Namun di sinilah yang menjadi soal. Sebab ketika guru yang berusaha mendisiplinkan murid dipermasalahkan oleh orang tua, dalam praktiknya permen tersebut dihadapkan dengan UU Perlindungan Anak, yang menyebabkan posisi guru menjadi lemah,” ucapnya.
Prof. Unifah menambahkan, alasan PGRI mendorong pembentukan RUU Perlindungan Guru tidak semata-mata untuk kepentingan guru, melainkan juga untuk melindungi murid dari kekerasan.
Diketahui, salah satu kasus guru yang dipidanakan oleh wali murid akibat mendisiplinkan anaknya yaitu kasus Supriyani, guru honorer di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Supriyani terpaksa harus berurusan dengan hukum karena laporan Aipda Wibowo Hasyim, orang tua muridnya.
Wali murid tersebut menuding Supriyani memukul anaknya, murid SDN 4 Baito. Perkara dugaan penganiayaan itu sedang disidangkan di PN Andoolo, Sulawesi Tenggara. Supriyani membantah tuduhan tersebut. Kepala SD Negeri 4 Baito, Sanaali, menyatakan tak ada saksi yang melihat Supriyani menganiaya muridnya tersebut. Menurut dia, Supriyani hanya menegur murid tersebut karena kurang disiplin.
“Kasus Supriyani hanya satu dari banyak kasus serupa,” kata Prof. Unifah. (des)***
Sumber: Tempo.co
