Sejarah Pelarangan Penerbitan dan Peredaran Buku, Tak Hanya Terjadi Indonesia

buku ilustrasi 120320102908 857
Ilustrasi pelarangan penerbitan dan peredaran buku. (Foto: Istimewa)

ZONALITERASI.ID – Buku karya sastrawan Pramoedya Ananta Toer termasuk salah satu yang dilarang terbit dan beredar di Indonesia pada era orde baru.

Selain buku karya Pramudya Ananta Toer, sejak masa orde lama, tepatnya mulai tahun 1959, ratusan buku mengalami nasib sama seperti buku karya sastrawan yang masuk nominasi penghargaan Nobel itu.

Nah, tak hanya di Indonesia, pelarangan buku bukanlah hal baru di dunia. Dalam sejarah modern tercatat, buku yang pertama dilarang terbit dan beredar yaitu buku buku New English Canaan karya Thomas Morton.

Mengutip situs Smithsonian Magazine, New English Canaan diterbitkan pertama kali pada 1637 M di Amsterdam, Belanda. Tak lama setelah terbit, buku tersebut dilarang oleh kaum Puritan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kaum Puritan adalah sekelompok orang yang hidup saleh dan menganggap kemewahan dan kesenangan sebagai dosa.

Buku New English Canaan yang ditulis Thomas Morton terdiri dari tiga jilid. Masing-masing volumenya berisi:

– Jilid 1: tentang sejarah, kepercayaan, dan praktik penduduk asli Amerika.
– Jilid 2: tentang tanah, satwa liar, fauna, batu, dan mineral di New England.
– Jilid 3: tentang sejarah kaum separatis dan Puritan di New England tahun 1620-1630 M.

Alasan Buku New English Canaan Dilarang

Buku New English Canaan dilarang karena bagian akhir buku menawarkan kritik pedas terhadap kaum Puritan dan masyarakat yang mereka bangun di New England, termasuk perlakuan mereka terhadap penduduk asli Amerika.

Kaum Puritan merupakan anggota mazhab Protestan yang pernah berkembang pada abad ke-16 dan ke-17 di Inggris. Dari Inggris, mereka berlayar ke New England, wilayah Amerika Serikat bagian timur laut, pada tahun 1630.

Mereka ingin mendirikan negara Kristen baru yang berpedoman pada perjanjian mereka dengan Tuhan. Mematuhi kepercayaan yang ketat tentang cara hidup dan beribadah, serta berpendirian bahwa kemewahan dan kesenangan adalah dosa. Bahkan, hiburan pun tidak diizinkan kecuali kebaktian.

Imbasnya kemudian, Puritan tidak akur dengan penduduk asli Amerika. Bahkan perlakuan kaum Puritan juga kasar terhadap pribumi. Itu berbeda dengan Morton yang berbaur dan ramah kepada mereka serta semua kepercayaan agama ditoleransi. Ia juga sosok yang hedonis dan senang berpesta sehingga tidak disukai Puritan.

Sekitar tujuh tahun setelah kedatangan Puritan ke New England, Morton menerbitkan buku New English Canaan. Isi buku itu dinilai mengancam dan dipandang menyerang moralitas kaum Puritan.

Menyusul pelarangan buku New English Canaan, buku itu dilarang beredar dan Morton diasingkan ke sebuah pulau lalu dibawa kembali ke negara asalnya yaitu Inggris. Lalu, Morton datang lagi ke New England, tepatnya Massachusetts, tapi diusir kembali hingga kematiannya pada 1643.

Mengutip situs World History Encyclopedia, buku New English Canaan dicetak sebanyak 400 eksemplar tapi segera disita oleh pemerintah Inggris. Beberapa bukunya berhasil beredar dan sisanya sudah dihancurkan.

Dan, saat ini diketahui masih ada 16 salinan asli dari buku Morton. Sebagian disimpan di museum dan lembaga-lembaga di Amerika Serikat. Salinan lain yang tidak diketahui secara luas dianggap sebagai buku paling berharga di pasar barang antik. ***

Sumber: DetikEdu