PPK vs Covid 19

karakter 5 640x400 1
(Foto: Isitmewa)

Oleh Rudianto, M.Pd.

PANDEMI covid 19 telah memaksa kita untuk berubah dan berbenah. Ini saatnya kita memperbaiki diri kita. Kita harus memperbaiki karakter kita. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK jilid 1) yang sudah ada dalam pembelajaran di sekolah harus diubah menjadi Penguatan Penerapan Karakter (PPK jilid 2). Karakter tidak cukup sekadar diketahui, tetapi harus diterapkan. Sebagai pembuka kita ambil kisah nasib tenaga medis.

Tenaga medis menjadi garda terdepan dalam menangani korban covid 19. Suka duka yang dialami sebuah profesi tidak terjadi bagi tenaga medis pada saat pandemi covid 19. Tenaga medis lebih merasakan duka dalam menghadapi pandemi covid 19. Di saat profesi lain menghindari covid 19 karena takut tertular, tenaga medis justru harus merawat pasien covid 19 dengan risiko tertular. Setelah mereka lelah mengurus pasien, mereka juga diasingkan oleh lingkungan. Pada awal covid 19 merebak, ojol tidak bersedia mengangkut mereka ketika ojol tahu kalau calon penumpangnya tenaga medis. Beberapa kasus bahkan masyarakat menolak tenaga medis tinggal di lingkungannya. Sungguh menyedihkan.

Kasus di beberapa rumah sakit bahkan lebih menyedihkan. Di beberapa rumah sakit, pada beberapa ruang, sempat semua tenaga medis dan non medisnya dikarantina. Hal ini terjadi karena ada pasien yang tidak jujur tentang riwayat perjalanannya lalu masuk ke perawatan penyakit biasa padahal dia positif corona. Akibatnya ruangan tersebut tidak bisa melayani dan merawat pasien lainnya dalam beberapa hari.

Sekarang kita tengok ke luar rumah sakit. Bagaimana pemerintah dan masyarakat memerangi covid 19 agar tidak menyebar? Mengapa aparat (polisi, tentara, dan satpol PP) harus menjaga, menegur, bahkan memberi sangsi masyarakat yang tidak melaksanakan protokol kesehatan menangkal Covid 19? Ini dilakukan karena masyarakat tidak mau patuh, tidak disiplin, tidak punya kesadaran, tidak punya tanggung jawab, tidak punya kepedulian, tidak punya karakter sehingga mereka melanggar protokol kesehatan. Dari kalangan mana yang paling banyak melanggar? Mereka justru orang “pintar” orang “ngerti”. Masyarakat awam justru tidak akan berani melakukan pelanggaran karena mereka tidak berani melawan.

Aparat dengan masyarakat seolah-olah bermain kucing-kucingan. Masyarakat melaksanakan protokol kesehatan saat dipantau dan dijaga oleh aparat. Begitu pantauan dan penjagaan tidak ada, mereka abai dengan semua protokol kesehatan.

Namun di sisi lain aparat juga kadang berperan menjadi tikus. Sebuah jalan protokol yang ramai, yang dapat menimbulkan kerumunan masa ditutup oleh aparat. Di jalan itu terdapat pusat perbelanjaan, hiburan, rumah makan, kafe dan sebagainya. Tetapi herannya yang ditutup hanya jalan depan. Jalan belakang, jalan tikus, jalan samping, dan akses lainya tidak ditutup. Sehingga tidak ada lagi protokol kesehatan di jalan itu.

Masih banyak hal yang sungguh jauh dari karakter masyarakat Indonesia sebenarnya yang memiliki Pancasila dengan 36 butir Pancasilanya yang kini menjadi 45 butir Pancasila berdasarkan Tap MPR No I/MPR/2003.

Jadi, siapa yang salah? Di mana letak kesalahannya?

Bukan itu solusinya. Solusinya adalah Penguatan Penerapan Karakter (PPK jilid 2). PPK jilid 1 (Penguatan Pendidikan Karakter) sudah ada melekat pada Kurikulum 2013 di sekolah. Sasaran PPK jilid 1 adalah siswa. Buah dari PPK jilid 1 akan dirasakan 5 atau 10 tahun yang akan datang. Sementara perubahan karakter dibutuhkan sekarang juga. Maka solusi yang terbaik adalah PPK jilid 2.

PPK jilid 2 menekankan bagaimana karakter itu langsung diterapkan dalam kehidupan sekarang juga. Apakah PPK jilid 2 harus dimasukkan ke dalam Kurikulum di sekolah? PPK jilid 2 bukan di sekolah. PPK jilid 2 bukan sebagai pembelajaran atau pendidikan. PPK jilid 2 adalah aplikatif oleh seluruh masyarakat Indonesia tanpa pandang bulu.

Bagaimana masyarakat bisa melaksanakan karakter yang diharapkan kalau mereka tidak tahu karakter tersebut? Ini mungkin pertanyaan awal sehingga PPK masuk ke dalam kurikulum. Ini adalah kekeliruan. Karakter tidak perlu dipelajari. Karakter tidak perlu masuk ke dalam kurikulum. Karakter sudah ada pada diri manusia Indonesia. Sekarang tinggal, bagaimana caranya agar karakter yang sudah ada dalam diri manusia itu hidup kembali. Bagaimana cara membangunkan karakter yang sedang tertidur dalam diri manusia Indonesia?

Membangunkan karakter yang sedang tertidur bukan perkara mudah kalau tidak dibarengi dengan keyakinan, keinginan, dan kegiatan dalam kehidupan. Membangunkan karakter yang sedang tertidur bukan perkara sulit kalau ada kesadaran, kemauan, dan ada katauladanan serta penerapan.

Pengalaman pendidikan karakter selama ini harus dijadikan cermin. Pendidikan karakter sekarang dimulai dari bawah. Peserta didik sebagai lapisan terbawah masyarakat digenjot pendidikan karakternya. Hasilnya karakter masyarakat Indonesia semakin hancur. Ini terjadi karena peserta didik ada perasaan dipaksa dan ditekan untuk berubah sementara yang menekan dan memaksanya tidak peduli dengan karakter.

Ini saatnya dibalik dalam PPK jilid 2. Penguatan Penerapan Karakter harus dimulai dari atas. Karakter butir Pancasila, karakter Indonesia, karakter yang baik harus dimulai dari pusat. Orang-orang yang mengelola negara ini dulu yang harus memiliki karakter! Tokoh-tokoh masyarakat di negeri ini dulu yang harus meiliki karakter! Tokoh-tokoh agama di negeri ini dulu yang harus memiliki karakter! Orang-orang terkenal di negeri ini dulu yang harus memiliki karakter! Pengelola provinsi di negeri ini dulu yang harus memiliki karakter! Pengelola kabupaten/kota di negeri ini dulu yang harus memiliki karakter! Pengelola kecamatan di negeri ini dulu yang harus memiliki karakter! Pengelola desa/kelurahan di negeri ini dulu yang harus memiliki karakter! Pengelola RT/RW di negeri ini dulu yang harus memiliki karakter! Pengelola dan imam rumah ibadah di negeri ini dulu yang harus memiliki karakter. Pengelola keluarga di negeri ini dulu yang harus memiliki karakter! Pengelola diri sendiri di negeri ini dulu yang harus memiliki karakter!

Kalau seperti ini, kelompok mana yang akan melanggar aturan dan norma. Kalau seperti ini siapa yang akan berani menentang kalau dia melakukan pelanggaran. Kalau seperti ini aturan protokol kesehatan bukanlah hal yang sulit. Kalau seperti ini PSBB bisa hanya dilakukan satu periode (14 hari) setelah itu kehidupan menjadi normal. Selamat tinggal Covid 19. Selamat datang Indonesia baru yang berkarakter. ***

Penulis adalah pengawas SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon, mengajar di Stikes Muhammadiyah Cirebon.

Respon (173)

  1. Meilleure application de contrôle parental pour protéger vos enfants – Moniteur secrètement secret GPS, SMS, appels, WhatsApp, Facebook, localisation. Vous pouvez surveiller à distance les activités du téléphone mobile après le téléchargement et installer l’apk sur le téléphone cible.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *