ZONALITERASI.ID – Tiga mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Adira Rahmawaty, Muhammad Ilfadry Rifasta, dan Salsa Sagitasa, mengembangkan gagasan plastik ramah lingkungan (biodegradable) dari bahan pati singkong untuk membungkus jenazah pasien Covid-19.
Gagasan ilmiah ketiga mahasiwa ini, berhasil menyabet juara III pada ajang Lomba Karya Tulis Ilmiah Online Tingkat Nasional (LKTI OTN) 2020 yang digelar Universitas Brawijaya dari 6 Mei hingga 8 September lalu. Dengan dosen pembimbing Dr. Aliya Nur Hasanah M.Si, Adira dan tim berhasil meraih juara III pada kategori LKTI Agrokompleks.
Menurut salah satu mahasiswa, Adira Rahmawaty, gagasan ilmiah itu muncul setelah melihat pembungkusan jenazah menggunakan plastik menjadi masalah. Sebab, plastik merupakan komponen yang sulit diurai dalam tanah. Butuh waktu paling cepat 100 tahun agar plastik bisa terurai. Jika kematian Covid-19 terus bertambah, ini berpotensi meningkatkan pencemaran lingkungan.
“Pati singkong terbukti sebagai bahan plastik yang paling bagus dan mudah terurai. Hal ini diperoleh berdasarkan tinjauan dari sejumlah literatur dari jurnal penelitian yang telah ada,” kata Adira, Kamis (15/102020).
“Plastik pati singkong akan terurai dalam waktu 12 hari untuk ukuran 1 milimeter. Jika asumsi penggunaan plastik untuk membungkus jenazah adalah sebesar 2 meter persegi, waktu yang diperlukan untuk terurai di tanah hanya 6 bulan,” tambahnya.
Berdasarkan gagasan Adira dan tim, pembuatan plastik pati singkong untuk bungkus jenazah Covid-19 hampir sama dengan pembuatan plastik ramah lingkungan pada umumnya. Pati singkong dicampur dengan sejumlah komposisi kitosan sebagai plasticizer.
Campuran kemudian dipanaskan dalam suhu tinggi sehingga menjadi tercampur dan cair. Cairan ini dituangkan ke dalam cetakan dan dikeringkan dalam oven selama 24 jam. Lalu, material kemudian didinginkan oleh desikator dan dibiarkan sampai terbentuk film plastiknya.
Indonesia sendiri, lanjuntya, sudah ada produk plastik ramah lingkungan berbahan pati singkong dan sudah digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Namun, plastik tersebut rata-rata rapuh dan mudah sobek.
“Tim menambahkan zat tambahan untuk menutupi kelemahan plastik ramah lingkungan tersebut. Zat tambahan yang digunakan dalam komposisi kitosan antara lain gliserol, sorbitol, aloe vera, dan minyak kayu manis,” terangnya.
Adira menambahkan, meski masih berupa gagasan ilmiah, ia berharap dapat dilakukan pengujian lebih jauh di laboratorium.
“Harapan kami tentunya bisa dilakukan penelitian lebih lanjut dan bisa diimplementasikan untuk mengurangi kerusakan lingkungan,” kata Adira. (des)***