ZONALITERASI.ID – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) akan mengurangi muatan materi mata pelajaran karena rencana adanya penerapan metode pembelajaran mendalam atau deep learning.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, mengatakan, pada metode pembelajaran deep learning, siswa akan belajar dengan lebih mendalam serta lebih kontekstual. Dengan demikian, diperlukan pengurangan materi pembelajaran di sekolah agar siswa bisa menjadi lebih fokus.
“Karena pembelajaran mendalam itu menekankan pembelajaran yang lebih konstruktivis, ini teori pelajaran konstruktivis, kemudian deep learning proses, proses pembelajaran yang mendalam berpikir tingkat tinggi,” kata Mu’ti, di Kantor Kemendikdasmen, Jakarta, dilansir dari Kompas.com, Jumat, 18 April 2025.
“Pembelajaran yang meaningful dan kontekstual memberikan kesempatan murid untuk melakukan pendalaman dari apa yang mereka pelajari,” sambungnya.
Selanjutnya Mu’ti mengatakan, pengurangan muatan materi pembelajaran itu berlaku untuk semua mata pelajaran. Namun, Mu’ti belum mengungkap pasti berapa persen pengurangan muatan materi pelajaran tersebut.
“Semua mata pelajaran,” ujarnya.
Belajar Mendalam dan Memahami Esensi
Sebelumnya, Mendikdasmen, Abdul Mu’ti, akan mengenalkan konsep pendekatan belajar deep learning ke sekolah. Mu’ti mengatakan, pendekatan ini akan membantu siswa bisa belajar dengan lebih mendalam dan lebih memahami esensi tentang belajar.
“Ini masih on going process (mempersiapkan penerapan deep learning),” kata Mu’ti di acara Seminar Nasional dan Sosialisasi Program Deep Learning yang disiarkan secara daring, Senin, 17 Februari 2025.
Mu’ti menjelaskan, metode pembelajaran mendalam atau deep learning akan sukses diimplementasikan jika materi yang diajarkan tidak terlalu banyak. Menurutnya, materi yang didapat oleh peserta didik harus sesuai dengan ukuran kemampuan, menekankan pentingnya nilai pembelajaran, dan dapat transformasikan ke dalam banyak konteks.
“Nilai harus melekat pada semua mata pembelajaran, dan nilai menjadi makna utama dari proses pembelajaran. Oleh karena itu, selain aspek pengetahuan dan kemampuan, deep learning juga harus mengedepankan pentingnya nilai,” kata Mu’ti.
Ia mengatakan, setiap manusia memiliki cara yang berbeda dalam proses belajar yang dilakukan. Oleh karena itu, dalam metode deep learning ada tiga prinsip yang berbeda, yakni mindful, meaningful, dan joyful.
“Prinsip pertama yaitu ‘mindful‘, di mana hal ini berarti bahwa proses yang berlangsung dilakukan dengan penuh kesadaran, dalam konteks di kelas seorang guru harus mengedepankan rasa penghormatan kepada seluruh muridnya, dan memberikan ruang kepada murid untuk menemukan cara yang efektif untuk mempelajari ilmu,” kata Mu’ti.
Prinsip kedua, lanjutnya, adalah “meaningful” yang berartikan proses menemukan makna dan menembus pada manfaat dari ilmu yang diajarkan dan mengembangkannya.
Adapun untuk prinsip yang ketiga, yaitu “joyful” memiliki arti penghargaan atas raihan penemuan makna serta segala kegunaan dan manfaatnya untuk masyarakat. ***