Makna Hidup dalam Kerja

Oleh Suheryana Bae

IMG 20170513 WA0050
Suheryana Bae. (Foto: Dok. Pribadi)

BEKERJA dipandang sebagai kebutuhan untuk memenuhi tuntutan hidup—mencukupi sandang, pangan, papan, dan kebutuhan keluarga. Namun, jika kita renungkan lebih dalam, kerja sebenarnya bukan hanya tentang pendapatan. Bekerja menyimpan makna yang jauh lebih dalam, menyentuh inti dari keberadaan manusia itu sendiri.

Bayangkan hidup tanpa kerja. Mungkin kebutuhan dasar tetap terpenuhi—makan cukup, tempat tinggal nyaman, dan segala fasilitas tersedia. Namun, tanpa kesibukan, tanpa tujuan, apa yang kita rasakan? Hidup tanpa kerja terasa hampa, membosankan, bahkan sia-sia. Rutinitas sederhana seperti bangun pagi, menyelesaikan tugas, dan melihat hasil kerja adalah bentuk kecil dari upaya menemukan makna hidup.

Kerja adalah salah satu cara manusia berkontribusi, menciptakan sesuatu, dan memberi arti bagi dunia di sekitarnya. Tidak harus pekerjaan besar atau gelar mentereng—apa pun yang kita lakukan, selama kita melakukannya dengan hati, memberikan manfaat, dan membuat orang lain tersenyum, sudah cukup untuk menjadikannya bermakna.

Lebih dari itu, bekerja juga memberi kita rasa penghargaan terhadap diri sendiri. Ketika kita melihat hasil dari usaha kita, baik besar maupun kecil, ada rasa puas yang muncul. Itulah bentuk nyata dari perasaan “hidup yang berharga.” Tanpa kerja, meski kebutuhan fisik terpenuhi, kita akan kehilangan salah satu unsur penting dalam hidup, rasa kebermaknaan.

Bekerja bukan sekadar gaya hidup, pamer prestasi, atau mengejar pujian semata. Kerja adalah tentang menjalani hidup yang berarti. Sebuah jembatan yang menghubungkan kita dengan rasa syukur, harapan, dan kontribusi nyata bagi dunia.

Selayaknya kita bekerja dengan sepenuh hati, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan, tetapi juga untuk merasakan makna sejati dari kehidupan. Sebab dalam setiap langkah, keringat, dan usaha, hidup menjadi benar-benar bermakna. ***

Suheryana Bae, pemerhati sosial, tinggal di Ciamis Jawa Barat