Perpustakaan Fotografi Keliling, Gugah Cinta Literasi lewat Foto

20201016132739 980x400 1
Pegiat Red Raws Center Kompleks Pasar Seni & Antik Cikapundung, Kota Bandung ini, Wahyu Dian, membuat gerakan Perpustakaan Fotografi Keliling, (Foto: Disdik Jabar).

ZONALITERASI.ID – Menumbuhkan kecintaan terhadap literasi bisa melalui beragam jalan. Langkah yang dilakukan Wahyu Dhian (39), jadi contoh konkret upaya itu.

Lewat hobinya berfotografi, pegiat Red Raws Center Kompleks Pasar Seni & Antik Cikapundung, Kota Bandung ini, mendorongnya membuat gerakan Perpustakaan Fotografi Keliling. Melalui gerakan yang didirikan pada 3 Desember 2016, Wahyu mengenalkan dunia fotografi kepada masyarakat melalui buku-buku foto.

Tak hanya di Kota Bandung, Perpustakaan Fotografi Keliling ini membuka lapak di berbagi wilayah, seperti Cianjur, Jakarta, Brebes, dan Klaten.

“Kita ingin buku foto bisa dikenal semua orang. Selain sebagai jendela dunia, melihat buku foto yang penuh visual itu sama kayak piknik, bisa me-refresh otak kita,” tuturnya, di Red Raws Center, baru-baru ini.

Wahyu mengungkapkan, selain menumbuhkan minat baca, berdirinya Perpustakaan Fotografi Keliling ini bertujuan membumikan buku foto kepada masyarakat. Sebab, buku foto masih terkesan eksklusif. Terlebih, belum banyak buku foto terbitan Indonesia.

Dengan konsep perpustakaan keliling, Wahyu membuka ruang bagi masyarakat untuk menikmati buku foto sebebas-bebasnya, tanpa aturan menjelimet yang sering diterapkan perpustakaan umum.

“Perpustakaan kita konsepnya mendatangi, bukan didatangi. Kita bebaskan saja, mau tangan basah atau kotor sok aja. Asal orang megang, tertarik, dan tahu dulu,” ungkapnya.

“Kami sengaja enggak pernah ngitung koleksi buku karena takut (merasa) kehilangan. Jadi, kalau ada yang hilang, kami memang sudah niat menghibahkan ke publik saja. Sejauh ini koleksi buku foto tidak ada yang hilang. Mereka mungkin menyadari bahwa ini adalah aset bersama. Karena merasa memiliki, jadi sama-sama menjaga,” imbuhnya

Menurut Wahyu, seiring berkembangnya waktu, buku foto terbitan Indonesia pun mulai menjamur. Sehingga, koleksi buku foto dalam dan luar negeri di perpustakaan fotografi kelilingnya telah seimbang.

“Ke depan, saat kita mulai berkeliling kembali, pure seluruh buku yang kita lapakkan itu buku foto asal Indonesia. Mimpi kita tahun depan juga bisa ngelapak di luar negeri,” harapnya.

Selain membuka Perpustakaan Fotografi Keliling, Wahyu pun menciptakan ruang belajar di Red Raws Center. Bagi Wahyu, Red Raws Center merupakan lab fotografi karena bisa mengakomodasi segala kegiatan fotografi dalam skala kecil.

“Di sini adalah ruang untuk semua kegiatan fotografi. Mulai dari edukasi, riset hingga pameran. Secara reguler, ada program Selasa Baca yang diakhiri dengan diskusi karena diskusi buku foto juga kurang (jarang dibahas),” tuturnya.

Wahyu menambahkan, komunitasnya pun fokus mengenalkan buku foto kepada anak usia dini melalui program PFK Goes To School.

“Kita sangat menawarkan diri jika ada sekolah yang membutuhkan kita untuk share dan koleksi buku foto. Kita sangat welcome. Kita juga ingin mengenalkan foto buku lewat dunia pendidikan,” tambahnya. (dede suherlan)***

Respon (653)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *