Mengenang Para Kekasih
Kepada para kekasih
yang tak pernah menerima kata-kata cinta
cukuplah mata yang berbicara
Dan sampai hari ini
ungkapan kasih
masih tersimpan rapi dalam hati
(biarlah menjadi sesuatu
yang indah untuk dikenang
walau tidak diharap)
***
Puisi Senja
Melayang di atas mega
mengintip ratu hendak turun ke telaga
— mengapa matamu melirik dan melempar senyum kecil —
Terbang menjelajah langit
menampak putri meniti pelangi
menenteng sekeranjang pakaian
hendak mencuci di danau sunyi
—mengapa selendangmu melambai-lambai–
……………………..
(Dan aku pun kembali ke bilik pertapa
***
Pagi yang Cerah
Matahari pagi menyelusup di celah-celah
menyisakan bayang-bayang pohon dan gedung-gedung
orang-orang bergegas
menuju keceriaan remaja sekolahan
atau kerja kantoran
Di trotoar seorang Ibu tergolek tidak berdaya
ditemani kendaraan yang terdiam
Orang-orang lalu lalang
menolong Ibu kesakitan
Inilah kehidupan hari ini
yang harus dijalani
seperti biasa
***
Suheryana Bae lahir di Ciamis 14 Agustus 1964. Sebagai pecinta sastra dia menulis puisi sejak SMA dan puisi-puisinya kerap dimuat di koran Pikiran Rakyat Edisi Ciamis. Selain menulis puisi, dia menulis artikel dan dimuat antara lain di Harian Umum Pikiran Rakyat. Kini Suheryana Bae tinggal di Pangandaran.