ZONALITERASI.ID – Ke-13 calon Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung sudah selesai mengikuti tahapan Pemberian Pertimbangan Kualitatif oleh senat universitas. Berkas penilaian kualitatif ini diserahkan ke Menteri Agama (1-5 Juni 2023), menuju tahapan berikutnya yaitu Uji Kepatutan dan Kelayakan oleh Komisi Seleksi (Komsel) di tingkat pusat.
Komsel ini –tim yang ditetapkan Menteri Agama– akan memunculkan 3 nama calon yang akan diserahkan kepada Menteri Agama, sebagai pertimbangan dalam menetapkan satu nama yang akan menjadi Rektor UIN Bandung periode 2023-2027, menggantikan Rektor Prof. Mahmud yang habis jabatannya pada Juli tahun ini.
Seperti diketahui 13 calon Rektor UIN Bandung adalah: 1) Prof. Bambang Qomaruzzaman; 2) Prof. Ulfiah; 3) Prof. Endah Ratnawaty Chotim; 4) Prof. Nina Nurmila; 5) Prof. Rosihon Anwar, 6) Prof. Ahmad Ali Nurdin; 7) Prof. Moh. Najib; 8) Prof. Tedi Priatna; 9) Prof. Ah. Fathonih; 10) Prof. Aan Hasanah; 11) Prof. Ahmad Sarbini; 12) Prof. Fauzan Ali Rasyid; dan 13) Prof. Ajid Thohir.
Menurut Ketua Pemilihan Calon Rektor UIN Bandung, Dr. Setia Gumilar, dalam proses pemberian pertimbangan kualitatif, semua anggota senat universitas memberikan penilaian kepada 13 calon, meliputi indikator: moralitas, kepemimpinan, manajerial, kompetensi akademik, dan jaringan kerja sama. Setiap anggota senat diberi pilihan tiga skala penilaian: sangat bagus, bagus, atau cukup.
“Berkas pemberian pertimbangan kualitatif ini dikirimkan ke Menteri Agama, pada rentang waktu 1-5 Juni 2023, untuk dijadikan pertimbangan bagi Komisi Seleksi dalam menetapkan tiga nama calon,” ujar Setia, yang juga Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, usai rapat Senat Universitas di Kampus UIN SGD Bandung, Rabu, 24 Mei 2023.
Nah, Ini Mereka!
Sebagian besar masyarakat Kampus UIN Bandung mengaku penasaran, ingin segera tahu siapa tiga nama yang patut dan layak menurut Komisi Seleksi?
Dari hasil pengamatan Zonaliterasi.id, berbagai isu dan opini bermunculan di antara mereka. Opininya beraneka ragam, diduga karena didorong oleh sikap oportunis (ambisi jabatan, menjilat, kamuflase) dan reformis (khawatir dengan keberadaan kampus). Sebagiannya menunjukkan tidak peduli disebabkan oleh sikap apatis (antep kajeun, kerja semaunya, frustrasi, terjebak sikap su’udzan, dan subjektif).
Opini yang berkembang akhir-akhir ini, ada dua versi “tiganama” yang muncul. Ini didasarkan pada afiliasi organisasi/kelompok (NU/PMII/HMI), karir jabatan, dan keterwakilan calon perempuan (kesetaraan gender). Ketiga nama yang digadang-gadang akan terpilih menjadi tiga besar adalah Prof. Rosihon, Prof. Ulfiah, dan Prof. Fathonih.
Sedangkan versi lain, selain berafiliasi pada kelompok, karir jabatan, kesetaraan gender, juga berdasarkan analisis jaringan pejabat-pejabat pusat yang dimiliki calon. Mereka menyebut tiga nama Prof. Bambang Qomaruzzaman, Prof. Ahmad Ali Nurdin, dan Prof. Nina Nurmila.
Yang Penting Punya Pengakuan
Menurut salah seorang guru besar (gubes) UIN Bandung, seseorang mencalonkan rektor itu tidak sekadar mengandalkan obsesi ingin menjadi pemimpin, tetapi juga harus dipastikan bahwa dia memiliki kemampuan, baik bidang manajerial maupun finansial.
Yang lebih penting, kata gubes yang satu ini, agar terpilih menjadi tiga besar maupun atau mengerucut ditunjuk jadi Rektor, dia harus mendapat pengakuan, baik dari internal kampus maupun pusat/Kementerian Agama.
“Sejak awal saya tidak mau mencalonkan rektor karena belum yakin akan mendapat pengakuan dari pusat. Pengakuan dalam arti dekat dengan pejabat-pejabat pusat, sepemahaman, atau bisa bekerja sama,” kata dia, yang enggan disebut nama.
Beberapa dosen membenarkan mencuatnya persaingan antarkelompok, tetapi hal itu tidak harus menjadi patokan, karena Rektor terpilih adalah pemimpin milik semua pihak, bukan milik satu golongan; yang tentunya lebih mendahulukan kepentingan orang banyak.
“Boleh-boleh saja orang memprediksi nama-nama yang akan muncul menjadi tiga besar, tapi tunggu hasil Uji Kepatutan dan Kelayakan oleh Komsel di Jakarta. Dan, rektor terpilih mau Prof. Bambang atau Prof. Rosihon, atau yang lainnya, tergantung Pak Menteri Agama yang memilih,” ujar mereka. (nas)***